Senin 23 Apr 2018 08:45 WIB

Beberapa Terumbu Karang Kuat Hadapi Gelombang Panas

Karang di Great Barrier Reef bisa dikatakan terpanggang.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Esthi Maharani
Great Barrier Reef
Foto: travels.tl
Great Barrier Reef

REPUBLIKA.CO.ID,  TOWNSVILLE -- Laporan terbaru di jurnal Nature menyatakan pada 2016 lalu, 30 persen terumbu karang di Great Barrier Reef mati akibat gelombang panas. Namun, beberapa jenis karang menunjukkan daya tahan terhadap pemanasan permukaan laut dan diprediksi akan sanggup bertahan hingga satu abad ke depan.

Ahli terumbu karang dari James Cook University Townsville, Australia, Terry Hughes mengatakan, apa yang baru terjadi di Great Barrier Reef adalah salah satu bentuk seleksi alam. ''Sekitar 50 persen karang di sana mati sejak 2016 dan yang bertahan menunjukkan daya tahan lebih baik,'' ungkap Hughes seperti dikutip Science News pekan ini.

Hughes menemukan, karang di Great Barrier Reef bisa dikatakan terpanggang. Karena citra satelit yang mereka amati menunjukkan, stres yang dialami karang relatif rendah, tapi tingkat pemutihan karang lebih cepat dari prediksi.

Suhu perairan di Great Barrier Reef bagian utara sendiri bisa lima derajat celcius lebih tinggi dari bagian selatan. Sehingga jika ada karang yang bertahan, itu mungkin karena ada variasi genetik yang membuat karang lebih adaptif di lingkungan setempat. Larva yang dihasilkan sendiri diharapkan bisa terbawa ke area perairan yang lebih sejuk.

Gelombang panas laut biasanya merusak karang-karang dari marga Acropora. Namun, biolog University of Texas di Austin AS, Mikhail Matz dan timnya, mendapati spesies Acropora millepora termasuk yang bertahan. Analisis mereka menunjukkan, terumbu karang dengan pola tumbung bercabang itu memiliki struktur genetik yang memungkinkannya bertahan 100 hingga 250 tahun mendatang, tergantung pemanasan permukaan laut yang terjadi.

Matz dan timnya melihat masih ada harapan menyelamatkan terumbu karang yang ada. ''Masih ada waktu bagi kita untuk melakukan sesuatu sebelum terumbu karang musnah sama sekali,'' kata Matz.

Perubahan pada ekosistem terumbu karang akan berdampak pada kehidupan manusia yang bergantung dari sana, seperti perikanan dan wisata bahari. Sehingga para saintis juga berusaha memahami lebih baik bagaimana terumbuh karang bisa bertahan di tengah pemanasan global yang tengah berlangsung.

Pemanasan global yang berdampak pada pemanasan permukaan laut dapat mengakibatkan pemutihan terumbu karang. Pemutihan terjadi karena alga simbiotik pada karang lepas. Padahal, alga simbiotik ini menyediakan nutrien dan membuat karang jadi berwarna.

Di sisi lain, menurut ahli biologi laut niversity of British Columbia, Vancouver Kanada, William Cheung, manusia harus membantu migrasi karang ke tempat yang lebih ramah. Hal itu diharapkan bisa menekan potensi pemutihan karang seperti di Great Barrier Reef.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement