Jumat 13 Apr 2018 07:50 WIB

Studi Menunjukkan Orang Amerika Melupakan tentang Holocaust

Sebanyak 11 persen orang dewasa AS belum pernah mendengar tentang Holocaust

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Monumen Holocaust di Berlin
Foto: Irfan Junaidi/www.republika.co.id
Monumen Holocaust di Berlin

:REPUBLIKA.CO.ID,  Pada 1945, Sonia Klein keluar dari Kamp Auschwitz, Owicim, Polandia. Setiap hari, selama 73 tahun, ia dihantui oleh ingatan tentang apa yang terjadi di sana. Serta, nasib jutaan orang yang tidak pernah berhasil keluar dari kamp kematian Nazi itu. Namun, Klein bertanya-tanya, begitu ia dan beberapa orang yang selamat, siapa yang akan ditinggalkan untuk diingat?

"Kami tidak selamanya di sini. Sebagian besar dari kita sudah meninggal. Jika kita tidak menceritakan apa yang terjadi, siapa lagi (yang menceritakan)," kata Klein (92 tahun) dilansir di NBCNews, Kamis (12/4).

Kekhawatiran Klein dibuktikan studi komprehensif tentang kesadaran ihwal peristiwa Holocaust. Pada hari peringatan Holocaust yang jatuh pada 12 April, menunjukkan orang Amerika melakukan hal yang jauh dari kegiatan peringatan. Lembaga penelitian Schoen melakukan 1.350 wawancara. Sebanyak 11 persen orang dewasa Amerika Serikat (AS) dan lebih dari satu per lima kaum milenial, belum pernah mendengar atau tidak yakin apakah mereka pernah mendengar Holocaust.

Dari mereka yang pernah mendengar tentang Holocaust, banyak yang tidak yakin tentang fakta-fakta kampanye pembunuhan sistematis yang menewaskan 12 juta orang itu, enam juta di antaranya adalah orang Yahudi. Selain itu, satu per tiga responden, jumlahnya meningkat menjadi 41 persen untuk generasi milenial, berpikir bahwa dua juta atau lebih orang meninggal.

"Ini suatu keharusan bagi orang untuk mengingat," ujar Klein.

Sebab, ia mengatakan saat itu jutaan orang terbunuh diantara mereka yang selamat. Sehingga, para korban itu tak boleh dilupakan. Korban termuda, seharusnya saat ini berusia 70an tahun. Dua per tiga orang Amerika tidak mengenal atau tahu secara pribadi korban-korban Holocaust.

"Kami sangat sadar bahwa ini adalah generasi terakhir para penyintas Holocaust yang dapat menceritakan kisah mereka," kata Wakil Presiden Eksekutif Konferensi tentang Klaim Bahan Yahudi Terhadap Jerman, Greg Schneider.

Bahkan, menurut dia, mengirimkan cerita-cerita Holocaust menjadi semakin sulit tanpa adanya orang-orang yang selamat. Warga Amerika tidak sendirian. Seluruh negara sedang mengubah cara mereka mengingat Holocaust, yang dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai Shoah.

Pemerintah Polandia baru-baru ini meloloskan RUU yang membuatnya ilegal untuk menyalahkan Polandia atas kejahatan yang dilakukan selama Holocaust. Sebab, lebih dari separuh orang yang dimusnahkan oleh Nazi berasal dari Polandia.

Auschwitz, kamp konsentrasi paling terkenal. Di sana, lebih dari satu juta orang Yahudi terbunuh. Lokasinya berada di Polandia selatan. Saat ini dilestarikan sebagai lokasi peringatan. Schneider mengatakan berdasarkan hasil survei, ada peningkatan anti-Semitisme. Sejumlah orang Amerika menyetujuinya.

Sebanyak 68 persen responden percaya ada anti-Semitisme di AS saat ini. Secara terpisah, data yang dirilis oleh Anti-Defamation League menunjukkan lonjakan 57 persen dalam insiden anti-Semit di AS dari tahun lalu.

Cara untuk memperbaiki masalah yang berkembang ini, kata Schneider, adalah dengan pendidikan. Hanya sembilan negara yang mengamanatkan kurikulum Holocaust di sekolah-sekolah. Masing-masing negara menawarkan berbagai tingkat rincian.

Sementara sepertiga dari 1,7 juta pengunjung tahunan ke Holocaust Museum setiap tahun, adalah mahasiswa Amerika. Sebanyak 80 persen orang Amerika mengatakan, mereka belum pernah mengunjungi Museum Holocaust di Washington.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement