REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para peneliti menemukan mikrobioma postmortem manusia (kondisi manusia meninggal) dapat memprediksi kondisi kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung. Peneilitian ini diharapkan dapan menganalisis mikrobioma setelah kematian dapat membantu para peneliti meneliti kesehatan penduduk.
“Terutama di daerah yang kurang terlayani dan dipahami oleh komunitas medis,” demikian studi itu yang dipublkasikan dalam jurnal Nature Scientific Reports, yang dipublikasikan Selasa (10/4).
Dilansir dari hal ini memberikan arti bahwa mempelajari mikrobioma postmortem dapat membantu peneliti untuk meneliti kesehatan, “Yang berarti bisa menjadi alat yang efektif untuk meniliai kesehatan populasi hidup,” kata penulis utama studi itu, Jennifer Pechal.
"Karena ini dan kumpulan data masa depan berkembang, dapat dibayangkan bahwa data yang dihasilkan dari mikrobiota postmortem dapat memberikan wawasan ke dalam kesehatan masyarakat dan bahkan intervensi kesehatan masyarakat jika diperlukan," para peneliti menulis dalam makalah mereka.
Pechal yang merupakan ahli entomologi forensik dan ahli ekologi mikroba di Michigan State University itu mengatakan, para peneliti menganalisis mikrobioma postmortem dari 188 kasus yang ada di Kantor Pengawas Medis, Wayne County, di Detroit.
Para peneliti menemukan situs yang berbeda di tubuh, memiliki populasi bakteri yang berbeda. Contohnya, bakteri yang cenderung menghuni mulut, berbeda dengan yang ditemukan di mata, hidung, dan telinga. Populasi bakteri seperti itu juga telah ditemukan pada orang yang hidup.
Namun para peneliti juga menemukan microbiome postmortem cenderung berubah seiring waktu. Pada 48 jam pertama setelah seseorang meninggal, keadaan bakteri relative stabil. Namun setelah itu, penemuan menunjukkan haperubahan yang nyata, seperti pengurangan dalam keragaman bakteri secara keseleruhan yang ditemukan.
"Stopwatch mikroba, seperti yang baru-baru ini disebut, adalah arloji jitu yang dapat membantu kami dalam menentukan kapan seseorang meninggal," kata rekan penulis studi Eric Benbow. Ia yang juga seorang ahli entomologi forensik di Michigan State University mengatakan, setelah kematian, microbiome seseorang berbeda setelah dua hari.
Microbiome seseorang postmortem juga memberikan bukti apakah individu memiliki penyakit jantung ketika mereka hidup. Artinya, para peneliti menemukan hubungan antara penyakit jantung dan mengurangi keragaman bakteri di microbiome postmortem.