REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Berdasarkan hasil studi terbaru, berhenti menggunakan media sosial, terutama Facebook, untuk jangka waktu tertentu dapat mengurangi tingkat level hormon Kortisol, yang terkait dengan tingkat stres seseorang. Namun, manfaat berhenti menggunakan Facebook masih belum terlalu jelas. Pasalnya, tingkat kebahagian seseorang juga turun saat mereka berhenti menggunakan media sosial ini.
Setelah lima hari berhenti menggunakan Facebook, para responden ternyata merasa begitu senang untuk kembali mengakses Facebook. Tim peneliti dari Universitas Katolik Australia dan Universitas Queensland Australia menyebut, hasil ini dapat menjadi indikasi berhenti menggunakan Facebook untuk sementara lebih baik bagi kesehatan, ketimbang berhenti secara total dari media sosial ciptaan Mark Zuckerberg tersebut.
''Secara umum pengguna Facebook dapat menemukan berbagai informasi kehidupan sosial mereka, dan kembali menggunakan Facebook ternyata dapat menekan tingkat stres, paling tidak untuk sementara waktu,'' tulis keterangan dari tim peneliti seperti dikutip Science Alert.
Penelitian ini melibatkan sekitar 134 responden, dengan waktu pengukuran selama lima hari. Studi ini menemukan, ada efek yang disadari atau tidak disadari saat seeorang berhenti menggunakan Facebook. Sebagai contoh, berdasarkan pengukuran saliva pada relawan yang berhenti menggunakan Facebook, ada penurunan tingkat hormon Kortisol.
Namun, para relawan mengaku tidak merasakan stres atau tekanan secara berlebihan. Kemungkinan, lanjut penelitian ini, hal ini disebabkan penggunaan media sosial tersebut tidak memberikan dampak biologis secara langsung. Dalam penelitian tersebut, para relawan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, berhenti menggunakan Facebook selama lima hari. Sedangkan kelompok kedua, diperbolehkan mengakses Facebook secara normal setiap hari.
''Sementara para relawan, dalam studi kami, menunjukan adanya kenaikan tingkat stres saat mereka berhenti menggunakan Facebook, mereka juga mengaku kurang merasa bahagia. Mereka mengaku tidak puas dengan kehidupan sosial mereka, dan ingin segera kembali untuk mengakses Facebook,'' tutur psikolog dari Universitas Queensland, Eric Vanman, yang juga bagian dari tim peneliti.
Vanman menambahkan, saat tidak menggunakan Facebook, orang merasa tidak terhubung dengan dunia sosial mereka. Hal ini menyebabkan para responden merasa tidak bahagia. Sementara berhenti menggunakan Facebook, dapat membantu seseorang untuk terhindar dari paparan informasi secara berlebihan, tapi hal ini berimbas pada kehidupan sosial orang tersebut di media sosial. ''Dengan kata lain, mungkin kita tidak bisa hidup dengan Facebook, dan kita juga tidak bisa hidup tanpa Facebook,'' ujarnya.
Mengingat pesatnya perkembangan penggunaan media sosial, terutama dalam 10 tahun terakhir, ada sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab terkait penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental, atau bahkan kesehatan fisik seseorang. Pada 2015 silam, sebuah penelitian menyebutkan, berhenti menggunakan Facebook bisa membuat orang lebih bahagia dan kebiasaan menggunakan Facebook pada malam hari bisa berakibat buruk pada pola tidur seseorang.
Namun, di sisi lain, Facebook memungkinkan kita untuk terus membina hubungan yang sehat dengan teman dan keluarga. Kondisi ini dapat membantu seseorang mempertahankan kualitas hubungan dengan teman dan keluarga mereka. Vanman menuturkan, ada sejumlah orang yang memilih untuk berhenti sejenak dari Facebook, sebelum akhirnya kembali mengakses salah satu platform media sosial yang digunakan oleh lebih dari satu miliar orang tersebut.
''Sepertinya, saat orang memutuskan untuk berhenti menggunakan Facebook lantaran dia merasa terlalu stres. Tapi, akhirnya mereka kembali menggunakan Facebook, saat mereka merasa tidak bahagia lantaran terputus dan tidak terhubung dengan teman-teman mereka. Kemudian, ketika mereka sudah merasa terlalu stres, akhirnya mereka berhenti lagi. Kondisinya akan berputar terus seperti itu, seperti siklus,'' tutur Vanman.