Selasa 03 Apr 2018 11:38 WIB

Satelit Cina yang Jatuh Sebagian Besar Terbakar di Atmosfer

Pesawat itu kembali memasuki atmosfir sekitar pukul 8.15 pagi waktu Beijing.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri
Cina meluncurkan Shijian-13 sebagai satelit komunikasi pertama berkemampuan tinggi. Satelit ini juga merupakan satelit pertama Cina yang bertenaga listrik.
Foto: Reuters
Cina meluncurkan Shijian-13 sebagai satelit komunikasi pertama berkemampuan tinggi. Satelit ini juga merupakan satelit pertama Cina yang bertenaga listrik.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas ruang angkasa Cina mengatakan, stasiun ruang angkasa Tiangong-1 Cina telah kembali memasuki atmosfer Bumi dan terbakar di tengah Pasifik Selatan. Pesawat itu kembali memasuki atmosfir sekitar pukul 8.15 pagi waktu Beijing (12.15am GMT).

Dikutip dari Independent, Selasa (3/4), sebagian besar dari kapal itu terbakar setelah masuk ke bumi, setelah diperkirakan akan jatuh ke pantai Brasil di Atlantik Selatan dekat kota Sao Paulo dan Rio de Janeiro. Skuadron Kontrol Luar Angkasa 18 Angkatan Udara Amerika Serikat, yang melacak dan mendeteksi semua objek buatan di orbit bumi mengatakan, mereka juga melacak Tiangong-1 saat memasuki kembali atmosfer di Pasifik Selatan.

Dalam sebuah pernyataan, mereka telah mengkonfirmasi mereka koordinasi dengan Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Korea Selatan dan Inggris. The Tiangong-1 10,4 meter (34,1-kaki), atau 'Heavenly Palace 1', diluncurkan pada tahun 2011 untuk melakukan percobaan docking dan orbit, sebagai bagian dari program ruang angkasa Cina yang ambisius, yang bertujuan untuk menempatkan stasiun permanen di orbit pada 2023.

Awalnya direncanakan untuk dinonaktifkan pada tahun 2013 tetapi misinya berulang kali diperpanjang. Cina mengatakan, jatuhnya satelit seberat 8,5 ton itu akan terjadi pada akhir 2017, tetapi proses itu ditunda, dan beberapa ahli menduga laboratorium luar angkasa itu di luar kendali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement