Senin 26 Mar 2018 15:59 WIB

Setelah Facebook, Aplikasi India Ketahuan Curi Data Pengguna

Pihak tersebut mengatakan bahwa data tersebut hanya digunakan untuk analitik.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Winda Destiana Putri
peretas
peretas

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Aplikasi mobile resmi Perdana Menteri India, Narendra Modi telah dikritik karena mengirim data pengguna pribadi ke pihak ketiga tanpa persetujuan mereka. Hal ini diungkapkan oleh seorang peneliti keamanan di Twitter yang menyebutkan bahwa aplikasi itu mengirim data pengguna pribadi ke domain pihak ketiga yang terlacak hingga ke perusahaan AS.

Partai Bharatiya Janata (BJP) yang menaungi PM Modi membantah tuduhan itu. Pihak tersebut mengatakan bahwa data tersebut hanya digunakan untuk analitik agar dapat menawarkan konten paling kontekstual kepada semua pengguna, seperti dilaporkan BBC, Senin (26/3).

Peneliti dengan nama samaran Elliot Alderson di Twitter, memposting serangkaian cuitan pada hari Sabtu (26/3) yang menyatakan aplikasi Modi mengirim data pengguna pribadi ke pihak ketiga. "Saat Anda membuat profil di aplikasi #Android resmi @narendramodi, semua info perangkat Anda (OS, jenis jaringan, Carrier ...) dan data pribadi (email, foto, jenis kelamin, nama, ...) dikirimkan tanpa persetujuan Anda ke domain pihak ketiga partai bernama http://in.wzrkt.com," cuit akun Elliot Alderson @fs0c131y.

"Setelah pencarian cepat, domain ini milik perusahaan Amerika bernama @CleverTap. Menurut deskripsi mereka, #CleverTap adalah platform keterlibatan aplikasi generasi mendatang. Ini memungkinkan pemasar untuk mengidentifikasi, melibatkan, dan mempertahankan pengguna serta melengkapi pengembang,"

Rahul Gandhi, pimpinan partai oposisi utama Kongres, mengkritik Modi di Twitter pada Minggu. "Hai! Nama saya Narendra Modi. Saya Perdana Menteri India. Ketika Anda mendaftar untuk Aplikasi resmi saya, saya memberikan semua data Anda kepada teman-teman saya di perusahaan-perusahaan Amerika. Ps. Terima kasih kepada media mainstream, Anda melakukan pekerjaan besar untuk mengubur kisah kritis ini, seperti biasa," sindirnya di akun @RahulGandhi.

BJP menanggapi dengan cepat, mengatakan bahwa Gandhi berusaha mengalihkan perhatian. Pekan lalu, Menteri Hukum dan Teknologi Informasi India, Ravi Shankar Prasad mengatakan ada banyak laporan dari koneksi partai Kongres dengan perusahaan analisis data kontroversial, Cambridge Analytica.

Dia meminta Gandhi untuk menjelaskan peran perusahaan dalam penjangkauan media sosialnya. Partai oposisi membantah tuduhan itu. Pihak partai mengatakan data dari aplikasi Modi digunakan untuk analitik:

"Ini memastikan bahwa pengguna mendapatkan pengalaman terbaik dengan menunjukkan konten dalam bahasa dan minatnya. Seseorang yang melihat info terkait agribisnis akan mendapatkan konten terkait dengan mudah. Seseorang dari TN akan mendapatkan pembaruan di Tamil dan mendapatkan pembaruan tentang inisiatif penting tentang TN," tulis akun @BJP4India.

Peneliti keamanan Elliot Alderson kemudian memposting cuitan baru pada hari Minggu mengatakan aplikasi Modi telah secara diam-diam memperbarui kebijakan privasinya.

Modi meluncurkan aplikasi resminya pada tahun 2015, menambahkan platform lain ke kehadiran media sosialnya yang sangat besar. Dia adalah salah satu dari lima politisi paling populer di Twitter dengan 41,4 juta pengikut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement