Jumat 23 Mar 2018 16:39 WIB

Kondisi Lingkungan Bisa Pengaruhi Perubahan DNA Anak

Pengalaman mungkin juga mempengaruhi perubahan neuron pada tingkat genetik.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri
Replika DNA. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Replika DNA. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tahun pertama kehidupan kita memainkan peran penting dalam jaringan otak kita. Penelitian baru menunjukkan, pengalaman mungkin juga mempengaruhi perubahan neuron pada tingkat genetik.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah besar perhatian telah ditujukan untuk memahami bagaimana perubahan 'epigenetik' eksternal pada DNA kita merupakan hasil dari kondisi lingkungan. Beberapa bahkan dianggap sebagai faktor yang berkontribusi di balik perkembangan kondisi neurologis seperti gangguan spektrum autisme.

Tetapi efek lingkungan pada transposon belum begitu diteliti. Mungkin karena diasumsikan gen yang kita warisi tidak mengubah kodenya dengan mudah.

"Meskipun kami sudah lama mengetahui bahwa sel-sel dapat memperoleh perubahan pada DNA mereka, itu berspekulasi bahwa mungkin bukan proses acak," kata penulis pertama studi tersebut, Tracy Bedrosian, dikutip dari Sciencealert, Jumat (23/3).

Menurutnya, bisa jadi ada faktor di otak atau di lingkungan yang menyebabkan perubahan terjadi lebih sering atau lebih jarang. Bersama dengan dua peneliti lainnya, Bedrosian dan Gage menyelidiki bagaimana urutan yang disebut retrotransposon LINE-1 disalin dan direlokasi sendiri dalam membagi sel hippocampus pada anak tikus.

Secara khusus, mereka memberi perhatian khusus apakah lingkungan anak-anak itu sangat berbeda dengan proses pelompatan gen ini. Daripada menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat untuk sampel tikus muda, para peneliti juga mengamati bagaimana induk membesarkan anak mereka selama dua pekan.

Berdasarkan bagaimana induk merawat anak mereka, merinci bagaimana mereka menjilati, membawa berkeliling, merawat, dan beristirahat. Saat menganalisa sel hippocampus pada anak tikus, mereka menemukan hubungan yang jelas antara jenis perawatan yang mereka terima dan jumlah salinan LINE-1. Semakin buruk perawatannya, semakin banyak gen yang disalin dan direlokasi.

Anehnya, ini tidak terjadi untuk jenis transposon lain yang dianalisis para peneliti, menunjukkan itu adalah sesuatu yang spesifik untuk urutan ini. Pada pemeriksaan lebih dekat, mereka menemukan faktor-faktor epigenetik yang terutama bertanggung jawab. Tidak seperti transposon lainnya, salinan LINE-1 diberi label kurang dengan kelompok metil, tanda tangan dari penyuntingan epigenetik. Gage mengatakan, temuan ini sesuai dengan studi tentang pengabaian masa kanak-kanak yang juga menunjukkan perubahan pola metilasi DNA untuk gen lain.

"Itu adalah hal yang penuh harapan, karena begitu Anda memahami suatu mekanisme, Anda dapat mulai mengembangkan strategi untuk intervensi," jelas Gage.Penelitian ini adalah tanda bahwa pengalaman masa kecil kita bisa cukup kuat untuk memiliki efek sampai ke tingkat gen kita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement