REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- CEO Facebook Mark Zuckerberg mengakui kesalahannya terkait kebocoran data 50 juta penggunanya. Data tersebut dipanen dan dibagikan secara tidak layak ke firma konsultasi politik Cambridge Analytica.
"Kami memiliki tanggung jawab untuk melindungi data Anda, dan jika kami tidak bisa maka kami tidak pantas untuk melayani Anda," kata Zuckerberg di sebuah posting Facebook, dikutip dari Independent, Kamis (22/3).
Ia menyatakan telah berupaya untuk memahami dengan tepat apa yang terjadi dan bagaimana memastikan hal ini tidak terjadi lagi. Pernyataan tersebut merupakan kedua kalinya dalam beberapa bulan terakhir, dimana Zuckerberg secara terbuka berjanji untuk 'memperbaiki' Facebook.
Pertama kali ia mengatakan awal tahun ini, akan melakukan sesuatu tentang eksploitasi oleh aktor-aktor yang terkait Rusia sebagai bagian dari upaya Moskow untuk mencampuri pemilihan presiden AS pada 2016. Akibatnya, tekanan terhadap Zuckerberg kian meningkat, untuk menjelaskan bagaimana Cambridge Analytica memperoleh data dari jutaan pengguna.
Seorang whistleblower menyatakan bahwa perusahaan konsultan itu menggunakan informasi tersebut untuk kampanye kepresidenan Donald Trump dalam mencari target yang tepat dan mempengaruhi pemilih. Meski demikian, Cambridge Analytica menyangkal informasi seperti itu digunakan selama kampanye presiden.
Zuckerberg mengatakan, dia belajar dari dugaan pelanggaran Cambridge Analytica dari wartawan yang berusaha mengungkap ceritanya. Dia mengatakan, Facebook menjadi sadar Kogan telah berbagi informasi dengan Cambridge Analytica pada tahun 2015.
Ia menuturkan, apa yang dilakukan Cambrige Analytica bertentangan dengan kebijakan Facebook bagi pengembang untuk berbagi data tanpa persetujuan orang. Oleh karena itu, Zuck menegaskan segera melarang aplikasi Kogan dari platformnya, dan menuntut agar Kogan dan Cambridge Analytica secara resmi menghapus semua data yang diperoleh secara tidak benar.
"Ini adalah pelanggaran kepercayaan antara Kogan, Cambridge Analytica dan Facebook. Tetapi itu juga merupakan pelanggaran kepercayaan antara Facebook dan orang-orang yang berbagi data mereka dengan kami dan mengharapkan kami untuk melindunginya. Kami perlu memperbaikinya," ucap Zuckerberg.