Selasa 20 Mar 2018 12:07 WIB

Jagung Silang Gen Lebih Sehat untuk Manusia

Narietas jagung gen silang telah meningkatkan hasil panen dan memberikan manfaat.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Winda Destiana Putri
Jagung silang
Foto: Sciencealert
Jagung silang

REPUBLIKA.CO.ID, Terdapat banyak kesalahan mengenai organisme hasil rekayasa genetika (GMO). Seperti Frankenfoods yang menjadi skeptisisme umum dalam berbagai organisme ini, padahal manusia merupakan spesies yang telah mengubah makanan secara genetik dalam banyak cara selama kurang lebih 10 ribu tahun.

Ketidakpercayaan tersebut dapat dipatahkan dengan munculnya penelitian terbaru yang menunjukkan jagung hasil rekayasa genetika dapat meningkatkan hasil panen dan memberikan manfaat kesehatan yang signifikan. Analisis tidak hanya terbatas pada penelitian yang dilakukan di Amerika dan Kanada. Namun juga varietas jagung gen silang telah meningkatkan hasil panen dan memberikan manfaat kesehatan yang signifikan.

Peneliti menemukan tanaman jagung secara signifikan lebih sedikit memiliki mikotoksin atau racun yang dihasilkan oleh jamur dibanding jenis biasa. Meski beberapa pendapat mengatakan hasil rekayasa genetika di Amerika dan Kanada belum meningkatkan hasil panen dan dapat mengancam kesehatan manusia, nyatanya penelitian ini membuktikan hal yang sebaliknya.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports ini dibuat sekolompok peneliti asal Italia yang mengambil alih enam ribu studi dari 21 tahun terakhir. Mereka melakukan meta analisis, yakni analisis kumulatif yang menarik dari ratusan atau ribuan studi yang kredibel.

Dalam analisanya, mereka menegaskan bahwa GMO tidak berisiko terhadap kesehatan manusia, tapi juga dapat memiliki dampak positif. Mikotoksin, bahan kimia yang diproduksi oleh jamur, bersifat beracun dan karsinogenik atau penyebab kanker bagi manusia dan hewan. Presentasi signifikan dari dua jenis jagung non-GM dan organik mengandung jumlah kecil mikotoksin. Di negara berkembang bahan ini biasa dihilangkan dengan menyemprotkan pupuk, tetapi risiko tetap ada.

Jagung GM memiliki sedikit mikotoksin karena tanaman tersebut dimodifikasi untuk mengalami sedikit kerusakan tanaman akibat serangga. Di mana selama ini serangga melemahkan sistem kekebalan tanaman dan membuatnya lebih rentan terhadap pengembangan jamur yang menghasilkan mikotoksin.

Dalam analisisnya, para peneliti menyatakan penelitian ini memungkinkan manusia untuk menarik kesimpulan yang tegas dan membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap makanan yang diproduksi dari tanaman rekayasa genetik. Meski masih banyak pertanyaan dalam menggabungkan GMO dalam pertanian, analisis ini tampaknya menjawab beberapa masalah yang ada di masyarakat. Seperti dilansir dalam Science Alert, informasi ini dapat meyakinkan petani dan perusahaan untuk mempertimbangkan manfaat kesehatan dan potensi finansial dalam penggunaan jagung rekayasa genetika.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement