Sabtu 10 Mar 2018 09:17 WIB

Apa yang Terjadi pada Otak di Menit Pertama Kematian

Penyebaran depresi muncul untuk menandai saat kematian tiba.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Winda Destiana Putri
Otak manusia
Foto: flickr
Otak manusia

REPUBLIKA.CO.ID, Para peneliti menemukan bahwa gelombang aktivitas listrik di otak atau penyebaran depresi muncul untuk menandai saat kematian tiba. Mereka memeriksa aktivitas otak pada pasien yang sekarat masih ada meski penghentian fatal terjadi pada organ vital.

Temuan tersebut menunjukkan kesadaran yang mungkin masih ada beberapa menti setelah anggota tubuh lainnya berhenti menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Tim ahli saraf dari Charit-Universittsmedizin Berlin memantau sinyal listrik pada otak sembilan orang saat mereka menginggal.

Pasien yang berasal dari Berlin, Jerman, Cincinnati, dan Ohio ini telah menerima cedera otak fatal dan tidak menyadari perintah tersebut. Mereka berharap dengan menanamkan elektroda di otak subjek, mereka dapat menemukan mekanisme dan waktu kejadian selama proses kematian.

Bahkan lima menit setelah jantung seseorang berhenti, sel otak atau neuron masih dapat berfungsi. Namun gelombang penyebaran depresi menandai bahwa neuron berhenti bekerja sebelum kematian terakhir mereka yang ireversibel atau tidak akan mungkin kembali bekerja.

"Setelah menahan peredaran darah, penyebaran depolirasasi menandai hilangnya energi elektrokimia yang tersimpan di sel otak dan timbulnya proses racun yang akhirnya menyebabkaan kematian," papar penulis utama dari Universittsmedizin Berlin, Jens Dreier seperti dilansir dari laman Daily Mail.

Proses sel mati pada saat darah berhenti mengalir dan merampas oksigen yang dibutuhkan sebagai bahan bakar agar sel berfungsi. Jika hal ini terjadi, sel otak menarik cadangan energi selama beberapa menit sebelum manusia benar-benar mmeninggal. Hal ini terjadi ketika mekanisme yang digunakan oleh neuron untuk tetap menjaga ion terpisah mulai tidak berfungsi.

Jika terjadi penghalang antar partikel, mereka akan melepaskan sejumlah energi elektrokimia ke otak saat neuron panik dalam menarik bahan bakar. Proses iniah yang disebut dengan depolarisasi. Dimana ditandai dengan hiperaktif pada neuron dan diikuti oleh keheningan tiba-tiba.

Namun sebenarnya, keheningan ini merupakan tanda penghitungan mundur terakhir hingga meninggal dan mungkin akan berbalik untuk suatu periode. Gelombang terakhir dari penyebaran depresi menandai titik dimana neuron telah 'dipecat' untuk terakhir kalinya meski para peneliti memperingatkan bahwa hal tersebut bisa jadi penanda yang tidak tepat dalam menentukan kematian sejati.

Temuan tersebut bisa saja dapat membantu mengembangkan strategi untuk mengatasi serangan jantung dan stroke dalam membangun kembali sirkulasi. Di sisi lain perdebatan muncul ketika donasi organ setelah kematian kardio, dimana kematian benar-benar dinyatakan antara dua sampai sepuluh menit setelah jantung berhenti berdetak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement