Jumat 09 Mar 2018 15:53 WIB

70 Persen Informasi yang Disebar Ulang di Twitter Hoaks

Informasi hoaks terbanyak bersumber dari kabar politik.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Media sosial Twitter.
Foto: EPA
Media sosial Twitter.

REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Berita palsu atau hoaks tersebar lebih cepat dan meluas di media sosial Twitter dibandingkan informasi yang benar. Bukan oleh akun bot, ketidakseimbangan ini justru kebanyakan dilakukan oleh akun nyata.

Kondisi tersebut tergambar dari sebuah studi yang dilakukan para peneliti di Lab Media Institut Teknologi Massachusetts (MTI), Amerika. Studi ini meneliti sekitar 126 ribu cicitan yang dibagikan sekitar 3 juta orang di Twitter dari 2006 sampai 2017. Ditemukan, 70 persen informasi yang di-retweet merupakan hoaks.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science ini, terlihat bahwa informasi hoaks tersebar di berbagai kategori. Tapi, kebanyakan diantaranya masuk ke bidang politik dibandingkan terkait bencana alam, sains, legenda urban atau informasi keuangan. Tercatat, peningkatan berita politik palsu ini terjadi pada pemilihan Presiden Amerika Serikat 2012 dan 2016.

Salah satu peneliti, Soroush Vosoughi, menjelaskan, penyebaran berita hoaks ini didominasi oleh akun sebenarnya, bukan bot. "Orang-orang lebih cenderung berbagi berita palsu karena mereka terperangkap dalam headline yang click bait," tuturnya dilansir dari Venture Beat, Jumat (9/3).

Vosoughi mengatakan, untuk sementara, penelitian difokuskan pada Twitter. Tapi, tidak menutup kemungkinan, metode serupa akan diterapkan pada platform media sosial lain seperti Facebook. Penelitian juga ditinjau oleh enam organisasi pengecekan fakta independen seperti Snopes dan Politifact.

Studi ini dinilai menjadi salah satu upaya paling komprehensif untuk menilai dinamika di balik bagaimana kabar palsu bisa beredar di media sosial. Twitter dan perusahaan media sosial lainnya telah mendapat sorotan anggota parlemen Amerika Serikat dan regulator internasional karena belum melakukan upaya maksimal dalam pencegahan penyebaran berita hoaks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement