REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mendorong masyarakat menggunakan aplikasi lokal. Bisa dimulai dengan yang paling sering digunakan sehari-hari aplikasi untuk mengirim pesan.
"Sebagai bangsa harus punya keberpihakan dan mau menggunakan dari Indonesia. Kita harus lakukan dan punya strategi bertahap," ujar dia dalam kampanye Hari Kebudayaan Keamanan Informasi di Jakarta, Rabu (7/3).
Meskipun aplikasi dari luar lebih mudah digunakan, tutur Rudiantara, sebagai warga Indonesia harus memiliki keberpihakan pada aplikasi lokal.
Aplikasi dan platform dari luar lebih besar karena mengakuisisi perusahaan perintis yang kecil, sementara perusahaan perintis yang membuat aplikasi di Indonesia belum mampu melakukan akuisisi.
Selain itu, jika pengguna aplikasi buatan dalam negeri semakin besar, maka pemerintah Indonesia memiliki nilai tawar yang lebih besar saat meminta platform menutup aplikasi karena melanggar norma yang ada.
"Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, setidaknya empat ini tingkat level kerja sama membaik, tetapi tidak semua permintaan Kemkominfo untuk suspend atau take down dituruti," tutur Menkominfo.
Alasan yang dikemukakan para platform, di antara nya mengikuti aturan di negara asalnya, meskipun Kemkominfo telah meminta platform untuk menutup aplikasi. "Kalau buatan nasional sampai 25 juta akunnya, kita punya bargaining power. Ayo perlahan-lahan kita tingkatkan emosi penggunaan produk nasional," ucap Rudiantara.
Ada pun Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJII) mencatat pada sebanyak 127,7 juta atau sekitar 89,35 persen orang Indonesia aktif menggunakan internet untuk membuka aplikasi pesan, tetapi hanya 5,56 persen dari jumlah tersebut yang menggunakan aplikasi pesan lokal.
Menurut survei yang dilakukan APJII, sebanyak 14,2 persen pengguna internet Indonesia tidak pernah sama sekali memanfaatkan aplikasi lokal, sementara 56,79 persen memiliki intensitas jarang.