REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan di Universitas Plymouth, Inggris, sedang mengembangkan robot untuk menunjang sektor pertanian. Dilasnir dari Engineering and Technology, robot akan digunakan untuk menggantikan pekerja Eropa setelah Inggris keluar dari Uni Eropa (UE).
Pengembangan robot yang digarap dalam proyek Automatic Brassica harvest in Cornwall (ABC) ini bertujuan membantu produktivitas panen melalui efisiensi sumber daya manusia.
Dosen robotika Martin Stoelen menjelaskan, banyak produsen yang khawatir di mana mereka bisa mendapatkan tenaga kerja dengan harga terjangkau. "Pemanenan secara manual (sumber daya manusia) memakan sebagian besar dari pengeluaran mereka, sering kali bisa mencapai 50 persen," katanya.
Saat ini, ilmuwan sedang merancang, membangun dan mengui rig di bawah kondisi lapangan yang secara dramatis bisa menurunkan jumlah tenaga kerja manusia yang dibutuhkan untuk panen. Diharapkan teknologi ini bisa dibawa ke pasaran dalam dua sampai tiga tahun.
Robot dikembangkan dengan dua jenis sendi, yakni lembut dan kaku. Dua mode ini bisa dipilih teknisi, tergantung dengan tugasnya.
Kamera dan sensor di tangannya dapat membuat model tanaman tiga dimensi. Caranya, dengan menilai informasi yang diasimilasi, mengenali bagian mana yang akan dikumpulkan dan bisa ditinggalkan.
Robot ini juga mampu merekam data sentuhan dari seluruh lapangan secara real time. Dampaknya, petani bisa mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk berbagai kemungkinan, termasuk menghitung potensi masa panen.
Stoelen menjelaskan, robot ini akan menjadi aplikasi data besar. Dalam skala global, robot ini bisa mengefisiensi dan memperbaiki keselamatan industri.
"Karena akan mengurangi jumlah manusia yang bekerja di dekat mesin-mesin bergerak. Pertanian tidak dipandang sebagai area potensial untuk menerapkan robotika masa depan, tapi kini adalah waktunya," ujar Stoelen.