REPUBLIKA.CO.ID, Selama ini, Bulan diyakini sebagai hasil dari benturan antara Bumi dan benda angkasa lain. Namun, studi terbaru menemukan konsep baru terkait asal mula satelit Bumi ini.
Konsep baru yang masih berupa hipotesis ini disebut sebagai synestia. Synestia merupakan awan berisi batu dan debu yang berputar secara cepat dalam bentuk torus atau menyerupai donat.
Menurut ilmuwan Harvard Simon Lock dan ilmuwan planet Sarah Stewart, synestia terjadi ketika dua objek angkasa sebesar planet di dalam cakram protoplanet bertabrakan. Tabrakan ini yang akan menghasilkan awan berbentuk donat yang berisikan debu hingga batu cair yang akan terus berputar dengan inti cair di tengah-tengahnya.
Lama kelamaan, synestia ini akan turun atau melemah sedikit demi sedikit akibat gravitasi. Pada akhirnya, synestia ini akan berubah menjadi sebuah planet.
Menurut kedua peneliti, Bulan tidak terbentuk akibat tubrukan antara Bumi dan objek angkasa bernama Theia. Mereka menilai bulan terbentuk ketika synestia Bumi terjadi. Synestia Bumi terbentuk ketika Bumi bertabrakan dengan Theia kemudian menciptakan synestia.
Synestia ini perlahan akan mulai mendingin dan ukuran awan yang berputar semakin turun dan mendekat ke bagian inti. Pada akhirnya sebagian 'hujan' batu cair ini akan berakhir menjadi 'bibit' Bulan.
"Seiring berjalannya waktu, seluruh struktur akan menyusut dan Bulan akan muncul dari uap ini," terang Stewart seperti dilansir Science Alert.
Teori baru ini dinilai dapat menjawab beberapa ketidakkonsistenan dari teori pembentukan bulan melalui tubrukan Bumi dan objek angkasa lain. Contohnya, teori synestia ini merupakan model pertama yang dapat menyesuaikan pola pada komposisi Bulan.
"Bulan memiliki kesamaan kimiawi dengan Bumi, tapi dengan beberapa perbedaan," jelas Stewart.
Meski memiliki kemiripan, Bulan memang memiliki beberapa perbedaan dengan Bumi. Contohnya, Bulan tidak begitu kaya akan elemen-elemen volatil seperti tembaga, kalium, natrium dan seng seperti halnya Bumi.
Teori synestia menjelaskan mengapa Bulan tidak memiliki beberapa elemen yang dimiliki Bumi. Meski begitu, Bulan tetap memiliki kemiripan isotopik karena terbentuk dari synestia Bumi.
Hanya saja, teori ini masih terus dikembangkan karena synestia belum pernah diteliti sebelumnya. Ilmuwan juga perlu meneliti kebenaran bahwa synestia benar-benar terjadi. Pengetesan material Bulan juga diperlukan untuk membantu pembuktian teori synestia.