Senin 05 Mar 2018 14:40 WIB

Kecerdasan Buatan Google Tebak Risiko Strok Lewat Mata

Retina sudah lama diteliti sebagai alat memprediksi risiko kesehatan.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Google
Foto: EPA
Google

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan Google dan anak perusahaan Alphabet bidang teknologi kesehatan, Verily, baru-baru ini menemukan cara mendeteksi risiko serangan penyakit kardiovaskular lewat machine learning. Lewat pemindaian (scanning) mata, algoritma Google mampu memprediksi apakah seseorang berpotensi terkenang serangan jantung atau strok.

Pemindai berbasis kecerdasan buatan yang dikembangkan ini mampu mengumpulkan informasi umur, tekanan darah, dan apakah seseorang perokok atsu bukan hanya lewat mata. Informasi itu dapat digunakan untuk memprediksi risiko ada tidaknya potensi penyakit kardiovaskular di masa depan.

Dilansir dari The Verge, penggunaan algoritma membuat metode ini memuat hasil lebih cepat daripada metode konvensional seperti tes darah. Akan tetapi, masih dibutuhkan serangkaian tes lagi sebelum pemindai mata itu benar-benar diaplikasikan ke dunia medis.

Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Biomedical Engineering yang terbit 19 Februari lalu. Luke Oakden-Rayner, pakar medis dari University of Adelaide yang merupakan spesialis analis machine learning, mengungkapkan kepada The Verge jika teknologi pemindai mata adalah sebuah keniscayaan.

"Mereka mengambil data yang sudah direkam untuk keperluan medis dan memunculkan hasil lebih dari yang kita kira," kata Oakden-Rayner. "Daripada menggeser peran dokter, meningkatkan teknologi adalah hal yang sebaiknya kita lakukan," imbuhnya.

Untuk melatih algoritma, para peneliti di Google dan Verily memanfaatkan machine learning untuk menganalisis 300 ribu pasien. Informasi ysng dihimpun pemindai mata memuat data sama lengkapnya dengan tes medis konvensional. Dengan analisis mendalam, jaringan syaraf digunakan untuk menggali informasi hingga membentuk sebuah pola.

Fundus mata adalah bagian di mana terdapat banyak aliran darah. Dari fundus inilah diperoleh informasi kesehatan seseorang secara menyeluruh. Hasil pemeriksaan lewat algoritma Google hanya berbeda tipis dengan metode prediksi SCORE yang saat ini diterapkan di dunia medis. Bila SCORE menunjukkan hasil prediksi 72 persen maka algoritma memunculkan angka 70 persen.

Menurut Alun Hughes selaku profesor bidang Fisiologi Kardiovaskular dan Farmakolodi di UCL London, teknologi algoritma Google adalah pendekatan yang kredibel. "Sudah sejak lama retina diteliti sebagai alat untuk memprediksi risiko kardiovaskular," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement