REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia belum 100 persen memiliki jaringan 4G. Data dari Kementrian Komunikasi dan Informatika, hingga kuartal tiga tahun 2017 cakupan layanan 4G telah mencapai 78.38 persen dari total wilayah permukiman Indonesia.
Tentu dengan persiapan jaringan 5G timbul pertanyaan apakah hadirnya 5G akan mengganggu perluasan 4G di seluruh Indonesia. Kepala Seksi Penataan Alokasi Dinas Bergerak Darat Kementerian Komunikasi dan Informatika, Adis Alifiawan menuturkan, di masa-masa awal penggelaran jaringan 5G justru jaringan 4G dan 5G merupakan sebuah integrasi yang saling melengkapi.
"Kehadiran teknologi 5G tidak untuk menggantikan teknologi 4G dalam waktu dekat. Masih banyak aspek dari 5G yang membutuhkan jaringan eksisting 4G, seperti misalnya untuk keperluan koneksi control plane/signaling dan jaminan cakupan mobilitas pengguna layanan," papar Adis pada Republika, Kamis (1/3).
Disinilah peran 4G dibutuhkan dalam penerapan 5G. Teknologi 5G yang saat ini digadang-gadang akan meluncur pertama kali di dunia akan menggunakan pita frekuensi yang sangat tinggi, yaitu di pita milimeter Wave (pita frekuensi di atas 24 GHz) yang dikombinasikan dengan pita 3.5 GHz. "Karakteristik pita milimeter Wave adalah mampu memberikan kapasitas data yang sangat besar, namun cakupannya sangat terbatas," lanjutnya.
Dari sinilah dibutuhkan cakupan layanan 4G khususnya pada pita-pita frekuensi di bawah 3GHz sebagai jangkar (anchor network) untuk menjamin layanan kecepatan tinggi yang dihadirkan tetap dapat terjamin mobilitasnya di sisi pengguna layanan.
Adis menuturkan, dengan kondisi demikian, maka ketika akan dilakukan pengembangan 5G di suatu area, 4G akan terlebih dahulu dipastikan tergelar di area tersebut. "Sehingga pada akhirnya pengembangan 5G secara otomatis juga mendorong penggelaran 4G sebagai jaringan komplementernya," tutupnya.