Jumat 02 Mar 2018 08:50 WIB

Kepala Sekolah Al-Azhar Dilatih Cara Berpikir Suprarasional

Cara berpikir suprarasional bisa dijadikan salah satu pendekatan menguatkan karakter.

Penulis buku Cara Berpikir Suprarasional, Raden Ridwan Hasan Saputra.
Foto: Klinik Pendidikan MIPA
Penulis buku Cara Berpikir Suprarasional, Raden Ridwan Hasan Saputra.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sebanyak 180 orang kepala sekolah memenuhi ruangan auditorium Hotel Horison di Bekasi. Acara dihelat dalam rangka Rapat Kerja Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Yayasan Pesantren Islam Al Azhar (Rakernas Dikdasmen YPI Al Azhar) tahun Pelajaran 2018/2019 yang dimulai dari tanggal 26 hingga 28 Februari 2018.

Ketua panitia pelaksana, As’ari, S.Pd menyampaikan bahwa rakernas ini merupakan agenda rutin tahunan. “Di rakernas ini kita melakukan aktivitas evaluasi program kerja yang sudah berjalan dan sekaligus merumuskan program untuk tahun mendatang. Perumusan program merujuk pada kebijakan Dikdasmen untuk diturunkan menjadi program sekolah”, ungkap pria berkaca mata ini seperti dalam siaran persnya.

"Penguatan Karakter Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Mengoptimalkan Pelayanan Pendidikan" diangkat menjadi tema kegiatan Rakernas Dikdasmen YPI Al Azhar di tahun ini. Cara berpikir suprarasional dianggap bisa dijadikan salah satu pendekatan untuk mengupayakan terjadinya penguatan karakter pendidik dan tenaga kependidikan.

Oleh karena itu, pihak penyelenggara rakernas mengundang penulis buku Cara Berpikir Suprarasional, Raden Ridwan Hasan Saputra, untuk berbagi ide dan pengalaman tentang esensi menjadi manusia suprarasional. Para peserta sangat antusias menyimak paparan dari pembicara.

Bahkan, setelah sesi penyajian materi selesai, para peserta rakernas mengantre untuk membeli buku sekaligus meminta tanda tangan langsung dari Raden Ridwan Hasan Saputra.

Dalam pemaparannya, pembicara menguraikan empat jenis cara berpikir manusia, yaitu cara berpikir natural, rasional, supranatural, dan suprarasional. Manusia menurut Ridwan, memiliki tiga antena dalam hidup yaitu akal, panca indera, dan hati. Sistem pendidikan kita terlalu berfokus pada akal dan panca indera. Unsur hati jarang diberdayakan. Padahal, hati menjadi elemen penting dalam upaya pengembangan cara berpikir suprarasional.

Dengan cara berpikir suprarasional, semua masalah dapat dipecahkan. "Bahkan, kita akan mendapatkan rezeki dari jalan tak terduga,” ungkap Tokoh Perubahan Republika tahun 2013 ini.

Cara penyajian materi dari pembicara sangat kontekstual dengan kehidupan nyata yang dialami para peserta. Selain itu, contoh-contoh yang diberikan untuk menjelaskan konsepsi cara berpikir suprarasional membantu peserta memahami materi yang disajikan. Agung Widiyantoro, guru SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta mengamini hal ini.

“Cara Pak Ridwan menjelaskan konsep dan contoh-contoh tentang cara berpikir suprarasional sangat mudah dipahami. Akibatnya, saya merasa sangat terinspirasi dengan materi yang disajikan dan bersemangat untuk mengamalkannya dalam kehidupan keseharian,” kata Agung.

Ada banyak manfaat yang dirasakan peserta setelah menyimak materi cara berpikir suprarasional. Peserta disadarkan kembali tentang pentingnya tabungan jiwa dalam kehidupan. Sebab sejatinya, manusia memiliki kebutuhan raga dan kebutuhan jiwa.

Kebutuhan raga dapat dipenuhi dengan tabungan raga (uang). Sedangkan kebutuhan jiwa hanya bisa dipenuhi lewat tabungan jiwa (pahala). Jangan hanya berfokus pada tabungan raga karena banyak hal yang tak bisa dipenuhi dengan tabungan raga, seperti hidup bahagia, rumah tangga rukun, anak-anak tumbuh jadi pribadi saleh dan berprestasi, dan lainnya. Mulailah fokus mengumpulkan tabungan jiwa (pahala) dengan cara lebih mendekatkan diri pada Sang Maha Pencipta. 

“Sebenarnya cara berpikir suprarasional sudah kita lakukan dalam keseharian. Namun, kita tidak menyadarinya. Lewat pelatihan ini, kesadaran kita digugah untuk menambah tabungan jiwa sebagai wujud nyata penerapan cara berpikir suprarasional. Jika kita sungguh-sungguh menambah tabungan jiwa, maka keberhasilan hidup akan bisa kita capai,” ujar Diana Eka Rini dari SMP Islam Al Azhar 17 Pontianak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement