Rabu 28 Feb 2018 21:27 WIB

Pengguna Dua Bahasa Lebih Fleksibel Ambil Keputusan

Berbicara dua bahasa dengan fasih dapat memikirkan sesuatu dengan cara berbeda

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Anak yang punya kemampuan dua bahasa atau bilingual (ilustrasi)
Foto: Independent
Anak yang punya kemampuan dua bahasa atau bilingual (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Bahasa memiliki efek yang begitu kuat, bahkan bisa memberikan pandangan baru. Studi baru menyatakan jika orang yang bisa berbicara dua bahasa bisa lebih fleksibel dalam melihat dan memutuskan sesuatu.

Seorang ahli bahasa dari Universitas Lancaster Profesor Panos Athanasopoulos dan seorang ahli bahasa dari Universitas Stellenbosch dan Universitas Stockholm Profesor Emanuel Bylund menemukan jika orang yang berbicara dua bahasa dengan fasih dapat memikirkan sesuatu dengan cara berbeda. Orang tersebut bisa memberikan pandangan dengan melihat konteks dan keadaan yang terjadi.

Temuan yang telah diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology: General mencoba membuktikan fleksibilitas kognitif pada orang-orang yang menggunakan dua bahasa. Pergantian bahasa dengan cepat dan sering tanpa disadari menjadi fenomena yang disebut pengalihan kode.

Bahasa yang berbeda juga mewujudkan pandangan dunia yang berbeda, cara mengatur dunia di sekitarnya. Misalnya, penutur bahasa Swedia dan Inggris lebih suka menandai durasi acara dengan mengacu pada jarak fisik, seperti Istirahat sejenak, pernikahan panjang. Perjalanan waktu dianggap jarak yang ditempuh.

Tapi, penutur bahasa Yunani dan Spanyol cenderung menandai waktu dengan mengacu pada jumlah fisik, contoh Istirahat kecil, pernikahan besar. Perjalanan waktu dianggap sebagai volume yang meningkat.

Studi tersebut menemukan, bilingual tampaknya fleksibel memanfaatkan dua cara untuk menandai durasi, tergantung pada konteks bahasa. Ini mengubah bagaimana mereka mengalami berlalunya waktu.

Profesor Bylund dan Profesor Athanasopoulos meminta bilingual Spanyol-Swedia untuk memperkirakan berapa banyak waktu yang telah berlalu saat menonton salah satu garis yang tumbuh di layar atau wadah yang terisi. Pada saat yang sama, para peserta didorong dengan kata 'duracin' (kata Spanyol untuk durasi) atau 'tid' (kata bahasa Swedia untuk durasi).

Studi tersebut menemukan, bilingual tampaknya fleksibel memanfaatkan dua cara untuk menandai durasi, tergantung pada konteks bahasa. Ini mengubah bagaimana mereka mengalami berlalunya waktu.

Dengan mempelajari bahasa baru, menurut Profesor Athanasopoulos, seseorang tiba-tiba menjadi terbiasa dengan dimensi perseptual yang sebelumnya tidak disadari. Pengguna beberapa bahasa akan lebih mudah untuk bersikap feksibel.

"Tapi itu juga menunjukkan bahwab ilingual adalah pemikir yang lebih fleksibel, dan ada bukti yang menunjukkan secara mental bolak-balik antara bahasa yang berbeda setiap hari memberi keuntungan pada kemampuan belajar dan multi tugas, dan bahkan manfaat jangka panjang untuk mental kesejahteraan," kata Profesor Athanasopoulos dikutip dari weforum, Rabu (28/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement