REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam dunia maya perlu literasi yang membangun untuk menjalankan fungsi sosial. Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gogot Suharwoto menyatakan, sering kali media sosial justru malah menjauhkan fungsi sosial seseorang.
"Dengan media sosial sering kali malah menjauhkan dari sosial, ini karena orang tidak terbuka, padahal di dunia ini orang tidak sama," kata Gogot dalam acara penutupan program "ThinkBefore You Share", Selasa (27/2).
Gogot menjelaskan, literasi digital begitu penting untuk menunjukkan jika dunia maya sama dengan dunia nyata. Jika ada perbedaan yang harus dihadapi dan ditanggapi dengan bijak.
Perlu pemikiran terbuka untuk bermain media sosial agar bisa menerima pelbagai perbedaan. Terlebih lagi, lingkupnya bisa lebih luas karena mendekatkan jarak yang jauh.
"Penting untuk dua kali berpikir ketika mau posting, memikirkan siapa yang diuntungkan, jangan cuma golongan kita saja, dan menimbang siapa yang akan dirugikan," kata Gogot.
Selain bersifat pertimbangan dalam mengunggah sesuatu di media sosial, Gogot pun menekankan perlunya meningkatkan minat baca. Untuk aktif di media sosial, seseorang harus rajin membaca agar memperkaya pengetahuan dan informasi agar tidak mudah termakan berita bohong.
Hal lain yang penting untuk dipertimbangkan pula merupakan konsekuensi yang harus dihadapi. Ketika mengunggah sesuatu, terkadang ada pihak yang tidak suka, maka konsekuensi yang bisa didapatkan mulai dari penilaian budaya, sosial, hingga hukum melalui Undang-Undang ITE.