Selasa 27 Feb 2018 08:08 WIB

Hubungan Antara Antibiotik dan Peningkatan Alergi

Penelitian mulai menunjukkan bahwa mungkin setiap orang harus melakukannya.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Antibiotik
Foto: pixabay
Antibiotik

REPUBLIKA.CO.ID, Para ilmuwan telah memperingatkan untuk pengembangan bakteri yang resistan terhadap obat, sehingga lebih sulit untuk melawan penyakit menular. The Centers for Disease Control and Prevention memperkirakan bahwa bakteri yang resistan terhadap obat menyebabkan 23 ribu kematian, dan dua juta penyakit setiap tahunnya.

Akan tetapi ketika memikirkan tentang antibiotik yang berlebihan, umumnya tidak ada yang mengaitkan dengan alergi. Penelitian mulai menunjukkan bahwa mungkin setiap orang harus melakukannya.

Alergi semakin sering terjadi

Dilansir dari laman Science Alert, dalam dua sampai tiga dekade terakhir, ahli imunologi dan ahli alergi telah mencatat peningkatan prevalensi alergi yang dramatis. American Academy of Asma, Allergy and Immunology melaporkan bahwa, sekitar 40-50 persen anak sekolah di seluruh dunia peka terhadap satu atau lebih alergen.

Yang paling umum adalah alergi kulit seperti eksim (10-17 persen), alergi pernafasan seperti asma dan rinitis (-10 persen), dan alergi makanan seperti pada kacang (-8 persen). Ini tidak hanya terjadi di AS. Negara industri lain juga mengalami peningkatan.

Kenaikan ini telah mencerminkan peningkatan penggunaan antibiotik, terutama pada anak-anak untuk infeksi virus yang umum seperti pilek, dan sakit tenggorokan. Studi terbaru menunjukkan bahwa, mereka mungkin terhubung.

Antibiotik bisa mengganggu mikrobioma usus

Sementara antibiotik melawan infeksi, mereka juga mengurangi bakteri normal dalam sistem pencernaan, yang disebut mikrobiom usus. Hal ini disebabkan karena interaksi antara bakteri usus dan ekuilibrium normal sel sistem kekebalan tubuh, mikrobiom usus berperan penting dalam pematangan respon imun.

Apakah lebih banyak mikroba berarti lebih sedikit alergi?

Penelitian yang dilakukan di Eropa telah menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh di peternakan memiliki keragaman mikroba yang lebih luas di usus, dan memiliki hingga 70 persen penurunan prevalensi alergi, dan asma dibandingkan anak-anak yang tidak tumbuh di peternakan.

Hal ini karena paparan berbagai mikroba semacam itu memungkinkan sistem kekebalan tubuh mengalami pematangan yang seimbang, sehingga memberikan perlindungan terhadap respons kekebalan yang tidak tepat.

Dalam usaha untuk mencegah infeksi, mungkin saat ini juga sedang mempersiapkan anak-anak untuk mengembangkan alergi, dan asma yang mengancam jiwa. Misalnya, sebuah penelitian dari 2005 menemukan bahwa, bayi yang terpapar antibiotik dalam 4-6 bulan pertama memiliki risiko 1,3 hingga 5 kali lipat lebih tinggi untuk mengembangkan alergi.

Mengapa antibiotik terlalu banyak digunakan?

Dokter dan pasien mengtahui bahwa penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan masalah besar. Tampaknya jumlah dokter relatif sedikit yang mengendurkan resep antibiotik.

Sebuah studi baru-baru ini tentang praktik pemberian resep dokter melaporkan bahwa 10 persen dokter meresepkan antibiotik kepada 95 persen pasien, dengan infeksi saluran pernapasan bagian atas.

Profesional perawatan kesehatan seharusnya tidak hanya memperhatikan perkembangan resistensi antibiotik, tetapi juga fakta bahwa mungkin menciptakan masalah kesehatan lain pada pasien, dan mungkin juga pada anak-anak mereka.

Orangtua harus memikirkan dengan hati-hati meminta dokter antibiotik untuk mengobati flu biasa dan sakit tenggorokan anak-anak mereka (atau penyakit mereka sendiri), yang seringkali disebabkan oleh infeksi virus yang tidak menanggapinya.

 

Baca juga: Bawang Merah Persia Bantu Perangi Resistensi Antibiotik TBC

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement