Sabtu 24 Feb 2018 23:01 WIB

Startup Gringgo Kendalikan Sampah Bali Lewat Aplikasi

Masalah pokok, yakni tracking terhadap motor pembawa sampah serta pemetaan wilayah

Rep: Nora Azizah/ Red: Esthi Maharani
Co-founder & Chief Technology Officer (CTO) Gringgo Febriadi Pratama dan Co-founder Gringgo Olivier Pouillon di tempat pengelolaan sampah 'Depo Cemara', Sanur, Bali.
Foto: Nora Azizah / Republika
Co-founder & Chief Technology Officer (CTO) Gringgo Febriadi Pratama dan Co-founder Gringgo Olivier Pouillon di tempat pengelolaan sampah 'Depo Cemara', Sanur, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID,  BALI.- Masalah sampah memang tak berujung. Namun bukan berarti tak bisa diatasi. Perusahaan rintisan asal Bali, Gringgo, mencoba menyelesaikan masalah sampah melalui aplikasi.

Co-founder dan Chief Technology Officer (CTO) Gringgo Febriadi Pratama mengatakan bahwa sampah di Kelurahan Sanur, Bali, perlu mendapat perhatian lebih. Tidak sedikit masyarakat yang membuang sampah ke sungai. Hasil sampah dari lokasi wisata Pantai Sanur juga tak bisa dibiarkan.

"Kami tertarik bekerja sama dengan penduduk masyarakat Sanur dalam mengelola sampah," kata Febriadi dalam kampanye One Island One Voice untuk Bali bebas sampah di Bali, Sabtu (24/2). Kelurahan Sanur terdiri dar dua desa, yakni Sanur Kaje dan Sanur Kauh. Namun hanya desa Sanur Kaje yang memiliki inovasi pengelolaan sampah.

Masyarakat bekerja sama dengan Kepala Desa dalam pengelolaan sampah. Sanur Kaje juga memilki 'Depo Cemara', yakni lokasi tempat penampungan sampah, serta memisahkannya menjadi organik dan non organik. Gringgo tertarik menggandeng Sanur Kaje untuk memberikan sentuhan teknologi.

Gringgo menemukan beberapa masalah pokok, yakni tracking terhadap motor pembawa sampah serta pemetaan wilayah. Sebelumnya, motor pembawa sampah tidak bisa dikontrol dengan baik sehingga seringkali dalam satu wilayah bisa didatangi lebih dari satu pengangkut.

"Pemetaan wilayah tidak jelas bagi masing-masing motor sampah," lanjut Febriadi. Dengan aplikasi Gringgo, motor sampah bisa dikontrol serta memiliki pemetaan wilayah lebih baik. Aplikasi juga bisa memonitor keberadaan dan pekerjaan motor sampah.

Selama hampir dua tahun bekerja sama dengan desa Sanur Kaje, saat ini pengelolaan sampah bisa memotong biaya proses. Sebelumnya, motor pengangkut hanya bisa mengambil 40 persen dari total sampah masyarakat. Saat ini sudah meningkat menjadi 60 persen.

Aplikasi juga membantu desa memangkas subsidi sampah, yakni dari 100 juta menjadi 40 juta per tahun. Kemudian banyak penduduk mulai merubah pola pikir terhadap sampah. Penduduk tidak lagi membuang sampah ke sungai tetapi tertarik menggunakan jasa angkut.

Gringgo merupakan startup yang lahir di Bali sejak 2014 lalu. Gringgo berdiri atas inisiatif Febriadi dan Olivier Pouillon. Gringgo merupakan pemenang dari ajang Startup Weekend Bali 2014, dan kini masuk kelas Accelerator dari sebuah perusahaan swasta. Gringgo mendapatkan pendanaan hibah dari non government organization (NGO) asal Amerika Serikat (AS).

"Teknologi ini sangat bisa diterapkan di seluruh wilayah, tapi kami sedang fokus di Bali sebagai pusat pariwisata," kata Febriadi. Aplikasi Gringgo juga akan dirancang agar bisa digunakan oleh masyarakat. Gringgo cukup selektif memiliki ventures capital yang sama dalam visi menjaga lingkungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement