REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saat seseorang meninggal, meski jantung dan kerja otaknya telah berhenti, gen-gen pada jenazah tersebut tetap bekerja untuk beberapa waktu. Ekspresi gen yang disimpan DNA tetap muncul pada tubuh manusia untuk beberapa hari setelah seseorang meninggal dunia.
Menurut riset terbaru sebuah tim saintis lintas negara, mendapati aktivitas gen pada jenazah ini bisa menunjukkan waktu akurat kapan si orang tersebut meninggal dunia, demikian dilansir Live Science.
''Kami menemukan banyak perubahan ekspresi gen selama beberapa waktu di banyak jaringan tubuh setelah seseorang meninggal dunia,'' ungkap penulis hasil penelitian ini, peneliti dari Institute of Molecular Pathology and Immunology, University of Porto Portugal, Pedro G. Ferreira.
Dengen mengetahui kapan seseorang meninggal dan dimana saja ekspresi gen-gen ini muncul setelah seseorang meninggal, para peneliti bisa membuat model yang bisa memprediksi waktu kematian jenazah tersebut.
Para saintis bisa memantau ekspresi gen selpsel melalui transkripsi RNA. Penelitian Ferreira sendiri melibatkan lebih dari 7.000 sampel dari berbagai jaringan organ vital 540 jenazah donor. Para peneliti juga mencocokan sampel darah sebelum dan setelah beberapa donor untuk melihat ekspresi gen sebelum dan setelah seseorang meninggal dunia.
''Kengamati ekspresi banyak gen pasca kematian. Sebagian besar perubahan ekspresi gen muncul antara tujuh hingga 14 jam setelah kematian dan stabil dalam 24 jam,'' ungkap Ferreira.
Menggunakan data transkripsi RNA, para peneliti mengembangkan model jaringan tubuh spesifi untuk memprediksi berapa lama ekspresi gen muncul pada individu yang meninggal dunia. Dengan rata-rata dari jaringan vital yang diamati, para peneliti mendapati model komputer mereka bisa memprediksi waktu kematian para jenazah dengan plus minus 10 menit.
Peneliti lain dalam tim ini, seorang koordinator Program Bioinformatika dan Genom Pusat Regulasi Genomik, Barcelona Spanyol Roderic Guigo mengatkan, timnya menyimpulkan ada jejak khas pada pola ekspresi gen setelah seseorang meninggal dunia. Hal itu bisa digunakan untuk mengembangkan ilmu forensik.
''Kami memang belum punya itu, tapi metode ini aplikatif untuk itu,'' kata Guigo.
Dalam interval janga panjang, tak hanya 24 jam, identifikasi usia, penyebab kematian, dan berbagai hal lain tidak bermanfaat bila tidak dikonversi ke dalam sebuah perangkat.