REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penyakit bisa cepat menyebar pada populasi padat, termasuk pada serangga. Semut melawan itu menggunakan antibiotik yang mereka buat sendiri.
Beberapa spesies semut diketahui memproduksi senyawa yang membunuh mikrob patogen. Meski ada dugaan semua jenis semut memproduksi beberapa antimikrob, tapi hanya sekitar 60 persen yang diketahui memiliki antimikrob yang membentengi kekebalan koloni dan hal itu berpotensi pula mendorong pemanfaatannya untuk manusia, demikian dilansir Live Science, pekan lalu.
Menurut Asisten Guru Besar Biologi North Carolina State University, Adrian Smith, berbeda dengan manusia dan hewan bertulang belakang yang memiliki antibodi, serangga seperti semut memiliki mekanisme pertahanan tubuh berupa senyawa antimikrob. Senyawa antimikrob itu dioleskan ke seluruh tubuh dan sarang mereka.
Misalnya pada semut pemotong daun. Mereka memiliki bakteri yang membantu menahan invasi parasit.
Hal semacam ini penting dibicarakan karena memengaruhi perilaku komunitas serangga. ''Kesuksesan individu tergantung kesuksesan koloninya sehingga pengendalian penyakit individu-individu dalam koloni amat penting untuk kesuksesan koloni itu sendiri,'' kata Smith.
Dari penelitian terdahulu, Smith mendapati, antimikrob lebih kuat ada pada semut besar atau semut yang hidup dalam koloni besar. Sebab, mereka lebih rentan terhadap serangan penyakit.
Namun, penelitian Smith sendiri tidak menemukan hal serupa. Smith menilai hasil berbeda dari riset mereka justru jadi jalan untuk penelahaan mendalam yang lebih menantang.
Tentu saja, hal itu menimbulkan pertanyaan lanjutan yang butuh riset kembali. ''Salah satu pelajaran berharga dari riset kami adalah kami terpicu untuk mencari tahu lebih dalam,'' ungkap Smith.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
