Senin 19 Feb 2018 14:39 WIB

Sensor Tenggorokan Bantu Pulihkan Pasien dari Stroke

perangkat nirkabel melacak getaran pita suara Anda untuk mengukur pemulihan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Sensor tenggorokan. Ilustrasi
Foto: Engadget
Sensor tenggorokan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemampuan berbicara, dan menelan menjadi tanda-tanda seberapa baik pasien mengatasi stroke, akan tetapi untuk mengukurnya sulit. Universitas Northwestern mungkin memiliki cara yang lebih baik, para ilmuwannya telah merancang sensor tenggorokan yang dapat dipakai membantu mendiagnosis dan mengobati aphasia, gangguan komunikasi yang biasanya terkait dengan stroke.

Dilansir dari laman Engadget Senin (19/2) perangkat nirkabel melacak getaran pita suara Anda untuk mengukur pemulihan. Selain itu, sensor tenggorokan dapat menentukan apakah perlu dokter dalam melakukan intervensi atau tidak.

Sensornya tidak hanya lebih akurat, tapi jauh lebih nyaman dan tahan lama. Satu set 'novel materials' membantu membengkokkan dan meregang sehingga tidak membuat tenggorokan terganggu karena di bawah tekanan. Dokter dapat melihat bagaimana pasien berbicara dan menelan dalam kehidupan nyata, tidak hanya dalam kondisi terkendali di ruang rumah sakit.

Apabila dikombinasikan dengan sensor lain yang melacak faktor seperti fungsi jantung, otot dan tidur, teknologi tenggorokan tidak mengenalkan tentang bagaimana keseluruhan tubuh. Ini tidak akan menjamin pemulihan penuh, tapi bisa mempercepat kemajuan, dan membantu melanjutkan setidaknya beberapa rutinitas harian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement