Rabu 14 Feb 2018 03:00 WIB

Plastik Tingkatkan Risiko Terpapar Senyawa Pengacau Gender

Sifat itu ditengarai terkandung dalam senyawa kimia Bisphenol A (BPA).

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Winda Destiana Putri
Wadah yang terbuat dari plastik. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Wadah yang terbuat dari plastik. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, EXETER -- Studi oleh peneliti dari Universitas Exeter, Inggris, mengungkap bahaya tersembunyi dari paparan plastik. Menurut tim periset, plastik meningkatkan risiko seseorang terpapar bahan kimia yang memiliki sifat gender-bending.

Istilah tersebut merujuk pada dampak 'mengacaukan' gender atau jenis kelamin. Sifat itu ditengarai terkandung dalam senyawa kimia Bisphenol A (BPA) yang sejak 1960-an digunakan dalam pembuatan berbagai jenis plastik.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa BPA dapat 'meniru' estrogen, hormon seks perempuan. Peneliti khawatir, hal tersebut berkaitan dengan kasus penurunan jumlah sperma dan infertilitas pada pria, serta kanker payudara dan prostat pada perempuan.

Penelitian yang dilakukan Universitas Exeter melibatkan 94 remaja yang diminta mengumpulkan sampel urin. Hasilnya, sebanyak 86 persen remaja memiliki jejak bahan kimia gender-bending dalam tubuh akibat terpapar plastik kemasan makanan atau botol minuman.

"Mengingat undang-undang pelabelan saat ini, cukup sulit menghindari paparan plastik serta mengidentifikasi makanan dan kemasan apa yang mengandung BPA," ungkap salah satu peneliti, Profesor Lorna Harries, dikutip dari laman Daily Mail.

Selain diminta memberikan sampel urin, para remaja juga mengisi buku harian makanan dan dianjurkan menghindari BPA dalam produk makanan selama sepekan. Sayangnya, tidak tampak penurunan jumlah jejak bahan kimia dalam tubuh mereka.

Tahun lalu, Badan Bahan Kimia Eropa mengklasifikasikan ulang BPA sebagai substansi yang butuh perhatian lebih lanjut karena berpotensi menyebabkan dampak serius bagi kesehatan. Selama ini, bahan kimia itu dikaitkan dengan diabetes tipe dua dan penyakit jantung.

Meski BPA juga terkandung dalam plastik barang rumah tangga atau produk teknologi, efek utamanya disebut paling berpengaruh pada kemasan makanan. Sejak November 2017, Daily Mail telah menggencarkan kampanye pengurangan penggunaan plastik "Turn The Tide On Plastic" yang didukung oleh kepala program lingkungan PBB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement