Senin 12 Feb 2018 17:03 WIB

Relasi Rubah Merah dan Coyote Berubah di Tengah Perkotaan

Makanan yang berlimpah di perkotaan mengubah relasi di antara kedua satwa liar itu.

Rubah merah
Foto: Pxhere.com
Rubah merah

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Muhammad Iqbal

Di bawah lampu jalan nan redup di Madison, Wisconsin, Amerika Serikat (AS), seorang wanita menyaksikan seekor rubah merah dan seekor coyote berhadapan. Dalam emailnya kepada David Drake, peneliti satwa liar di University of Wisconsin, wanita itu menggambarkan interaksi singkat antara kedua predator tersebut.

Namun, tak disangka, interaksi berakhir antiklimaks. Sebab, setelah berhadapan sekitar 15 detik dengan jarak kurang lebih 10 kaki, rubah merah dan coyote kemudian berbalik dan melenggang ke arah berlawanan.

Sejak meminta masyarakat untuk membantu pelacakan satwa liar di Madison pada 2014, Drake dan timnya di Urban Canid Project kerap menerima informasi serupa. Rubah dan coyote saling berhadapan, bahkan sangat dekat, namun tidak ada insiden apapun.

Bagi orang biasa, hal itu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Namun, Drake akan memberi tahu Anda bahwa, "Ada sesuatu yang tidak biasa di kota ini."

Di alam bebas dan perdesaan, coyote tidak hanya lebih besar ketimbang rubah merah. Coyote juga lebih tinggi dibandingkan rumah merah dalam konteks rantai makanan. Coyote cenderung menyingkirkan pesaing yang lebih lemah keluar dari teritori mereka.

Tidak hanya itu, coyote pun tak segan-segan untuk membunuh pesaing demi melindungi akses terhadap sumber makanan. Oleh karena itu, ketika rubah merah berada di area dan bahkan bisa membangun tempat tinggal tak jauh dari rumah coyote, mereka jarang memasuki wilayah coyote.

Namun di perkotaaan, sepertinya rubah merah dan coyote mulai belajar bergaul. Penilaian ini mengacu kepada penelitian terbaru Drake yang dimuat dalam jurnal PLOS One seperti dilansir The Atlantic, Senin (12/2). Selama bertahun-tahun, rubah merah dan coyote, sebagaimana spesies-spesies liar lainnya telah menetap di perkotaan.

Beberapa spesies hewan telah beradaptasi untuk berkembang di tengah lanskap kota yang didominasi gedung-gedung tinggi, ruang hijau yang terfragmentasi, dan tentu lalu lintas padat. Sekarang, setidaknya dalam kasus rubah merah dan coyote, mereka mungkin mengubah perilaku untuk hidup berdampingan satu sama lain. Semua ini berkat makanan yang melimpah.

Untuk mempelajari apa yang terjadi, Drake bersama mahasiswanya melacak pergerakan selusin rubah merah dan 11 coyote di daerah sekitar kampus mereka. Mereka menemukan bahwa masih ada coyote yang mencoba menyingkirkan rubah merah dari teritorinya. Akan tetapi, ada tumpang tindih di mana kedua spesies itu tinggal dan mencari makan. Terkadang, masing-masing spesies ditemukan berdekatan tanpa ada agresi dan kerentanan.

Setidaknya satu pekan sekali, lokasi setiap spesies selama satu jam dari periode lima jam dicatat. Secara keseluruhan data tersebut melukiskan gambaran kasar tentang ukuran, bentuk, dan lokasi setiap tempat tinggal rubah merah dan coyote. Dari sana, peneliti mempelajari di mana teritori yang tumpang tindih dan apakah anggota masing-masing spesies saling memasuki wilayah yang mereka kuasai.

"Seekor rubah merah yang bergerak menuju teritori coyote, terutama area inti di mana coyote menghabiskan mayoritas waktu mereka, apakah pergerakannya semakin lama? Karena ini mengindikasikan rubah merah mencoba bergerak melintasi lanskap mereka secepat mungkin demi menghindari bahaya," ujar Drake.

photo
Coyote (wikimedia.org)

Temuan mereka bertentangan dengan pengetahuan umum para ahli terkait insting alami rubah merah. Saat rubah merah mendekat ke jantung wilayah coyote, kecepatan mereka tidak meningkat, dan juga tidak mengubah arah.

"Hal itu menunjukkan bahwa mereka nyaman berada di sekitar coyote. Dan selama periode waktu tertentu mereka sudah terbiasa," kata Drake. Penelitian ini juga menemukan kurangnya agresi pada pergerakan coyote meskipun dalam jarak yang tak terlalu jauh terdapat rubah merah.

Lebih lanjut, Drake mengaitkan perubahan perilaku ini dengan kelimpahan makanan di lingkungan perkotaan. "Apa yang kami pikirkan adalah kelimpahan makanan telah membuat mereka (predator) tidak harus berkompetisi untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas," katanya.

Coyote, lanjut Drake, menghitung betul penggunaan energi. Dan jika ada lebih dari cukup makanan demi menjaga perut mereka tetap kenyang, kemungkinan mereka tidak akan menyia-nyiakan energi untuk mengejar kompetitornya.

Dengan ukuran sampel penelitian yang kecil, hipotesis ini tentu membutuhkan lebih banyak lagi penelitian. Namun, tetap saja, temuan tersebut membawa Drake dan tim, lebih dekat kepada jawaban dari pertanyaan mereka selama ini. Intinya adalah apa yang rubah merah lakukan di kota-kota di Amerika Utara dan bagaimana mereka beradaptasi di antara manusia dan satwa liar perkotaan lainnya.

Bagi kita semua, penelitian ini adalah sebuah kesempatan memperoleh tambahan pengetahuan. "Bila Anda melihat seekor coyote atau rubah merah, ketahuilah bahwa itu bukanlah masalah. Tinggal di daerah yang sama dengan Anda. Nikmatilah menyaksikan mereka dan anggap diri Anda beruntung karena ini adalah pengalaman luar biasa," ujar Drake.

Nikmati, tentu saja, dari jarak yang aman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement