REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan studi baru, ilmuwan dari University of California, San Diego melaporkan suhu matahari mungkin akan menjadi lebih dingin. Suhu matahari diprediksi akan lebih dingin sebesar 7 persen pada tahun 2050.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Astrophysical Journal Letters, pada 2050 adalah waktu di mana periode aktivitas matahari yang sangat rendah atau disebut juga periode 'Grand minimum'. Kondisi tersebut juga akan menyebabkan suhu lebih rendah di bumi.
Sebagai informasi, suhu di inti Matahari mencapai 15 juta derajat Celcius. Lapisan terluar yakni di permukaan Matahari, suhu mencapai 6000 derajat Celcius.
Baca juga: Gumpalan Raksasa Magma Ditemukan di Gunung Berapi Bawah Laut
Dilansir dari Xinhua Online, kondisi serupa juga pernah terjadi pada pertengahan abad ke 17 yang dikenal dengan istilah Minimum Maunder. Suhu turun cukup rendah untuk membekukan Sungai Thames. Namun, pada saat itu, pendinginan yang dialami di Bumi tidak seragam di seluruh dunia. Meskipun cuaca dingin di Eropa selama Minimum Maunder, daerah lain seperti Alaska dan Greenland selatan justru menghangat.
Fenomena ini sekilas menjadi solusi alami untuk pemanasan global. Namun para ilmuwan tidak menyepakati gagasan tersebut. Para ilmuwan menjelaskan bahwa efek pendinginan dari grand minimum hanya bisa memperlambat pemanasan global, tetapi tidak bisa menghentikannya. Para ilmuwan memperkirakan bahwa grand minimum mungkin hanya akan menghasilkan pendinginan bumi sekitar 0,25 persen antara tahun 2020 dan 2070.