REPUBLIKA.CO.ID, Hasil menanti lama dari dampak frekuensi radio ponsel pada hewan akhirnya selesai. Studi yang menghabiskan dana 25 juta dolar ini ternyata memiliki hasil yang bervariasi.
Hasilnya menunjukan risiko tinggi pada tumor, DNA atau kerusakan jaringan, dan berat tubuh bagian bawah pada kelompok tikus percobaan. Namun tidak jelas efek sakit pada kelompok lain nya dan tidak ada kejelasan mengenai implikasi pada kesehatan manusia.
Ilmuwan senior bernama john bucher ikut dalam penelitian selama 10 tahun. Dia cukup berhati hati dalam hasil interpretasi nya dalam telepon konferensi dengan jurnalis Friday.
Dalam pencarian nya menghasilkan pola yang tidak konsisten. Dimana faktanya adalah bahwa subjek yang digunakan tikus dan tingkat ketinggian radiasi yang digunakan tidak mampu terekstrapolasi dari data yang berpotensi berefek pada kesehatan manusia.
"Saat ini kami tidak merasakan bahwa kami cukup mengerti tentang hasil nya dan kami tidak menaruh kepercayaan yang tinggi dengan hasilnya," paparnya seperti dilansir dari laman Science Alert.
Bucher juga menambahkan, " saya tidak akan mengubah cara ku dalam menggunakan telepon selular."
Penelitian oleh program toksikologi nasional yang melibatkan 3000 tes pada hewan dan dipercaya akan menjadi penelitian yang paling komprehensif pada radiasi yang mempengaruhi kesehatan tikus.
Studi tersebut memperlihatkan terdapat kerusakan pada jaringan hati tikus jantan dan betina. Namun tipe radiasi ini disebut sebagai pembawa jaringan kanker atau karsinogen lemah oleh Bucher. Dimana tumor pada tikus jantan merupakan schwannomas ganas, yang berpotensi meningkat di dekat otak manusia. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker menunjukkan medan frekuensi radio sebagai kemungkinan karsinogen bagi manusia.
Studi NIH menunjukkan tumor pada tubuh seperti otak, prostat, hati dan pankreas. Para ilmuwan menuturkan bahwa hal tersebut tidak jelas terkait dengan radiasi. Eksperimen berupa menempatkan tikus pada kamar khusus yang berisi tingkat radiasi yang meniru ponsel 2G dan 3G selama sembilan jam sehari.
Peneliti melihat dampak seperti kerusakan jaringan akibat panasnya ponsel, kerusakan DNA dan perubahan berat badan. Namun mereka menuturkan bahwa tidak merasa cukup untuk mengomentari kepentingan biologis mereka dalam menmukan masalah jaringan dan kerusakan DNA tersebut.
Sementara untuk berat badan, peneliti melihat perubahan berat badan pada tikus yang baru lahir dan induk yang terkena paparan radiasi. Namun kondisi tersebut tidak dirancang untuk melihat dampak langsung pada bayi atau bagaimana pengaruh induk merawat anak anak mereka. Karena Bucher menuturkan bahwa bayi tumbuh dengan ukuran normal.
Imbas dari radiasi telepon selular pada kesehatan manusia telah diperdebatkan selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2010 komisi komunikasi pemerintahan mendapat kecaman setelah mendapat rekomendasi yang telah lama, bahwa konsumen membeli ponsel dengan emisi radiasi leboh rendah.
Pada tahun 2015, dewan kota di berkeley california, menyetujui sebuah syaratyang berkenaan dengan penjualan ponsel. Dimana mengatur penjual untuk menginformasikan pembeli tentang bahayanya membawa perangkat ponsel terlalu dekat dengan tubuh mereka.
Wakil dari industri nirkabel, CTIA, telah menuntut dan mengatakan peringatan bahwa tidak mengetahui informasi secara jelas dan melanggar hak amandemen pertama.