REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transformasi smartphone atau ponsel pintar terus terjadi dari waktu ke waktu. 15 tahun lalu, ponsel sebatas perangkat untuk mengirim dan menerima panggilan telepon dan pesan singkat (SMS).
Pemilik ponsel pasti berharap baterai ponselnya awet, sehingga bisa dipakai dalam waktu lama. Sayangnya ketika Anda berada di luar, apalagi cuaca terlalu lembab dan suhu dingin, baterai ponsel cepat habis. Mengapa itu bisa terjadi?
Dilansir dari Reader's Digest, Senin (5/2), semuanya bermuara pada reaksi kimia di dalam baterai ponsel. Jika Anda membuka ponsel, Anda mungkin menemukan baterai lithium-ion.
Baterai memiliki dua kutub, anoda dan katoda. Baterai yang terisi penuh akan dipenuhi ion di ujung anoda, sementara baterai habis menyimpan ion di ujung katoda.
Ponsel Anda dinyalakan ketika ion melakukan perjalanan dari anoda ke katoda dan sebaliknya. Suhu dingin memicu reaksi kimia sehingga pergerakan ion di dalam baterai ponsel melambat.
Ketika ion berada di katoda dan ingin melakukan perjalanan ke anoda, ponsel salah membaca pergerakannya, sehingga menganggap daya baterai habis kemudian meresponsnya dengan tanda merah pada baterai. Padahal, daya baterai Anda sebetulnya tidak habis.
Bagaimana cara mengakalinya?
Ahli kimia di Laboratorium Lawrence Berkeley, Stephen J Harris mengatakan Anda tak perlu buru-buru mengisi daya (charging) ponsel. Baterai Anda bisa terisi daya secara alami jika dibiarkan kembali ke suhu normal.
"Anda bisa menyimpannya di saku baju, celana, atau simpan di dalam tas yang hangat dan tidak terpapar suhu dingin langsung selama beberapa saat," kata Harris.