Senin 05 Feb 2018 01:17 WIB

Tes Ini Dapat Prediksi Penyakit Alzheimer

Sebuah tes memori sederhana dapat melihat penyakit itu 7 tahun sebelum gejala muncul.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Winda Destiana Putri
Perbandingan otak penderita Alzheimer (kiri) dengan otak normal (kanan)
Foto: SPL
Perbandingan otak penderita Alzheimer (kiri) dengan otak normal (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- University College London mengembangkan sebuah tes dapat mengetahui penyakit Alzheimer. Sebuah tes memori sederhana dapat melihat penyakit tersebut bahkan tujuh tahun sebelum gejala muncul.

Saat ini terdapat 850 ribu orang di Inggris hidup dengan penyakit demensia. Angka tersebut akan naik lebih dari satu juta pada 2025 mendatang. Sampai saat ini berbagai uji coba obat untuk melilhat kondisi gagal dan para ilmuwan percaya bahwa penyakit ini hanya akan dikendalikan jika mengetahuinya lebih awal sebelum terjadi kerusahakan.
 
Dalam sebuah percobaan baru yang dipublikasikan di The Lancet Neurology, para ilmuwan dari UCL menunjukkan dengan tes memori sederhana dapat mengungkapkan petunjuk awal mengenai demensia. Para ilmuwan percaya bahwa ini adalah cara paling awal untuk mendeteksi perubahan pada kognisi seseorang yang menyebabkan Alzheimer.
 
Percobaan tersebut dilakukan dengan cara menguji sebera baik memori setelah satu minggu. Sebanyak 35 orang turut serta dan 21 orang diantaranya menempatkan mereka pada risiko lebih tinggi terkena Alzheimer di usia 40 dan 50an.
 
Mereka diminta mengingat daftar objek, rincian diagram, dan fakta sebuah cerita. Dalam tes pertama, mereka diminta untuk mengingat kembali daftar tersebut setelah 30 menit. Kemudian untuk percobaan baru, jeda waktu diperpanjang sampai tujuh hari.
 
Tim peneliti menemukan bahwa mereka yang diprediksi memiliki Alzheimer merupakan orang yang lulus tes pada percobaan 30 menit namun kinerjanya turun drastis dalam tujuh hari. "Ini benar-benar kasus lupa yang dipercepat," papar Direktur Pusat Penelitian Demensia dan Profesor Neurologi di UCL, Nick Fox seperti dilansir dari laman Telegraph.
 
Penyakit Alzheimer disebabkan oleh plak amyloid lengket dan protein tau yang terbentuk di otak dan mencegah neuron saling berkomunikasi satu sama lain. Gejala dari penyakit ini seperti hilang ingatan, perubahan kepridian, perubahan suasana hati, hingga terjadi kerusakan otak yang sangat buruk.
 
Meskipun penelitian ini hanya dilakukan pada orang-orang pembawa mutasi genetik APP (amyloid precursor protein), para ilmuwan yakin penelitian tersebut dapat dikembangkan untuk mendiagnosis kondisi tersebut di masa depan.
 
"Tampaknya deteksi masalah ingatan jauh lebih cepat untuk mendeteksi Alzheimer daripada tes kognitif lainnya yang saat ini digunakan. Ada minat besar dalam mengembangkan dan menguji coba obat untuk penyakit Alzheimer sedini mungkin, sebelum kehilangan sel otak secara signifikan bahkan sebelum gejala klinis dimulai," papar ilmuwan medikal dari Center Clinical Research Associate, Dr. Phil Weston.
 
Tim ini berharap tes dapat digunakan untuk uji coba obat agar menunjukkan apakah ingatan seseorang semakin buruk atau ditahan oleh perawatan meski tidak ada gejala. Hal tersebut akan memungkinkan para ilmuwan untuk menguji coba obat jauh lebih awal agar dapat mencegah terbentuknya penyakit Alzheimer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement