Kamis 01 Feb 2018 16:10 WIB

NASA Siap Tempatkan Reaktor Nuklir di Permukaan Mars

Reaktor nuklir ini diharapkan bisa memberikan pasokan energi listrik.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Winda Destiana Putri
Mars
Foto: NASA
Mars

REPUBLIKA.CO.ID, NEVADA -- Badan Nasional Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bakal menempatkan sejumlah reaktor nuklir dengan skala kecil di berbagai permukaan di Planet Mars. Reaktor nuklir ini diharapkan bisa memberikan pasokan energi listrik dan menyediakan bahan roket bagi para astronot yang tengah melakukan eksplorasi di planet tersebut.

Dengan perjalanan mencapai jutaan mil ditambah minimnya ruang untuk penyimpanan bahan bakar tambahan, reaktor nuklir skala kecil ini, atau biasa disebut Kilopower, ini diharapkan bisa menjadi jawaban terkait minimnya pasokan energi selama di Mars. Berdasarkan keterangan tim peneliti, berbagai model dari reaktor ini pun telah disiapkan, mulai dari ukuran paling kecil, versi 1 kilowatt, hingga reaktor versi 10 kilowatt.

Dengan lima atau enam reaktor ini, maka sudah bisa memberikan energi untuk sekumpulan astronot atau peneliti, yang melakukan eksplorasi di Mars. Dengan paparan sinar matahari yang lebih sedikit dari Bumi ataupun Bulan, memang cukup sulit untuk membangun sistem pembangkit energi di permukaan Mars.

Terlebih, pada malam hari, suhunya bisa sangat dingin. Ditambah badai debu yang bisa menyapu seluruh permukaan Mars selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

''Jadi Kilopower, yang memiliki bentuk yang solid dan sederhana, memungkinkan kami untuk mengirimkan beberapa unit dalam satu misi ke Mars. Beberapa unit itu pun sudah mampu menghasilkan puluhan kilowat tenaga listrik,'' kata salah satu tim peneliti dari NASA, Steve Jurczyk, kepada Reuters, seperti dikutip Science Alert.

Tidak hanya menghasilkan listrik, reaktor ini juga dapat berguna untuk menyuling air dan menghasilkan oksigen dari permukaan Mars. Pun dengan bahan bakar roket dan oksigen cair, yang bisa digunakan astronot untuk kembali ke Bumi.

Terlihat seperti jamur berbahan dasar besi, Kilopower menggunakan reaksi fisi di lempengan metal untuk menghasilkan panas. Panas ini kemudian dialirkan ke sebuah tabung yang berisi sodium. Dengan perbedaan suhu yang tepat, maka energi bisa digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.

Di bagian utama reaktor, ada mesin Stirling, yang berfungsi untuk merubah panas yang diproduksi Kilopower menjadi gerakan mekanis. Proses ini pun nantinya akan menghasilkan energi listrik. S

alah satu daya tarik utama Kilopower, reaktor ini dapat menghasilkan energi listrik yang besar dengan bahan bakar yang sedikit. 1 pound uranium dapat menghasilkan energi yang sama dengan energi yang dihasilkan 1,36 juta kilogram batu bara.

Nantinya, tim peneliti masih akan mengembangkan Kilopowers, termasuk prosedur keselamatan dan berbagai perbaikan kinerja. Pengujian secara menyeluruh rencananya akan dilakukan pada Maret mendatang di Laboratorium Nasional di Los Alamos, Nevada. Kendati begitu, tim peneliti optimis Kilopowers bisa bekerja secara optimal dan mendatangkan hasil positif.

''Kami telah memprediksi model ini dengan sangat baik, dan reaktor ini bisa mengerjakan tugasnya dengan baik. Dari sisi operasional reaktor, semuanya berjalan dengan lancar. Saat reaktor ini sudah bisa berjalan dengan baik dan sempurna, kami bisa mulai mengalihkan fokus kami ke hal yang lain. Termasuk tantangan-tantangan lain saat harus memulai kehidupan di Mars dengan lingkungan yang keras,'' kata Kepala Perancag Reaktor Kilopowers, Dave Poston.

Dave menuturkan, kesederhanaan merupakan salah satu esensi dalam berbagai uji coba rekayasa teknologi. Karena itu, Dave memastikan, reaktor Kilopowers akan mengusung kesederhanaan, baik dari sisi desain dan pengembangan teknologi. Namun, dengan kesederhanaan desain ini tidak mengubah tujuan utama dari pengembangan teknologi reaktor tersebut.

Dave menambahkan, nantinya teknologi yang diterapkan di Kilopowers dapat digunakan di berbagai misi NASA, terutama dalam misi eksplorasi luar angkasa. ''Teknologi reaktor, yang kami uji coba ini, bisa diterapkan di sejumlah misi luar angkasa oleh NASA. Kami berharap, ini menjadi tahap pertama reaktor fisi bisa mengubah paradigma kami mengenai ambisi dan keinginan dalam mengeksplorasi luar angkasa,'' tutur Dave.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement