REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar sepuluh ribu orang mengunjungi Taman Impian Jaya Ancol untuk menikmati fenomena super blue blood moon pada Rabu (31/1). BMKG membuka fasilitas pengamatan dengan menyimpan dua teleskop di Dermaga Hati, Ancol.
Ketika dibuka pukul 5 sore, warga sudah mengantri untuk melihat secara langsung proses gerhana bulan total. Salah satu yang melihat bulan melalui teropong adalah Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk Paul Tehusijarana.
Dalam sambutannya, dia menyebutkan bahwa pihak ancol menyambut baik imbauan Gubernur DKI Jakarta untuk pemantauan dan pengamatan fenomena ini. "Pemantauan super blue blood moon ini sebagai edutainment selaras dengan ancol bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua," papar Paul dalam sambutannya.
Puncak gerhana bulan total pada 20.29 malam ini ternyata tertutup oleh awan. Meski tertutup awan, para pengunjung antusias mengamati gerhana bulan total. Sekitar pukul 20.50, bulan mulai terlihat dan pengunjung bersorak menyambut gerhana.
Edukasi tidak hanya dengan menyimpan dua teleskop, Peneliti Muda Astronomi dan Astrofisika pada BMKG, Rukman Nugraha juga memberikan penjelasan lengkap mengenai gerhana bulan, termasuk kenapa super blue blood moon berwarna merah.
"Warna bulan menunjukkan kualitas atmosfer bumi. Semakin banyak debu dan polusi maka bulan semakin gelap. Karena cahaya matahari dibiaskan oleh atmosfer sehingga yang dibiaskan ke bumi adalah bulan yang berwarna merah," paparnya.
Salah satu pengunjung dari Sekolah Rakyat Ancol, Tito mengatakan bahwa dirinya sempat kecewa karena ketika gerhana berlangsung tertutup awan. "Sempet kecewa, tapi bangga karena bisa lihat secara langsung," kata siswa kelas 9 ini.
Proses gerhana bulan total yang dimulai dari pukul 19.51 ini berlangsung dengan total 5 jam 20 menit. Bulan dalam keadaan gerhana total sendiri berlangsung selama 1 jam 16 menit.