Rabu 31 Jan 2018 15:10 WIB

Tips Memotret Super Blue Blood Moon

Kamera ponsel belum mampu mengambil momen fenomena super blue blood moon ini.

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Winda Destiana Putri
Super Blue Blood Moon. Ilustrasi
Foto: Mashable
Super Blue Blood Moon. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena Super Blue Blood Moon merupakan fenomena langka yang tidak boleh terlupakan. Di Jakarta, tujuh tempat disediakan pemerintah Provinsi agar masyarakat ibukota dapat menikmati fenomena tersebut pada 31 Januari hari ini.

Masyarakat dapat mengabadikan momen tersebut dengan memotret. Namun sayangnya kamera ponsel belum mampu mengambil momen fenomena super blue blood moon ini. "Kamera handphone tidak bisa untuk bulan," papar fotografer profesional, Yoppie Pieter ketika dihubungi Republika, Selasa (30/1).

Dia menuturkan bahwa diperlukan kamera yang memiliki fitur dan lensa yang mendukung. "Lensa yang digunakan harus 400 mm, paling tidak 400 mm sampai 800 mm," lanjutnya.

Selain itu karena gerhana bulan berlangsung di malam hari, fotografer yang membuat buku bertajuk fotografi ini menyarankan untuk menggunakan diaragma 8 sampai 22. "Sangat teknis ya untuk ini, harus pake tripod, dengan exposure ISO : 400 , F/8 , dan S speed bisa dicoba dengan berbagai speed tergantung kondisi lingkungan sekitar," jelasnya.

Tripod akan menjadi alat yang berguna untuk membantu, hal ini karena ukuran lensa yang relatif besar dan cuaca berawan. "PRnya cuaca sekarang, Jakarta musim hujan, ketutup awan jadi nunggu awan ada geser-geser gitu, jadi harus stand by," paparnya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka tujuh tempat yang akan digunakan untuk mengamati fenomena super blue blood moon. Ketujuh tempat tersebut diantaranya, Planetarium Taman Ismail Marzuki, Tugu Monas, PBB. Setu Babakan, Taman Fatahillah, Kepulauan Seribu, Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Impian Jaya Ancol.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement