REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) T. Djamaluddin mengatakan fenomena gerhana bulan yang dapat disaksikan masyarakat Indonesia pada Rabu (31/1) merupakan bukti bahwa bumi bulat. Gerhana bulan adalah bantahan telak untuk Dongeng Bumi Datar.
"Ayo buktikan bumi itu benar-benar bulat dengan melihat gerhana bulan. Gerhana bulan adalah bantahan telak untuk Dongeng Bumi Datar," ujar T. Djamaluddin pada akun Twitter - nya @t_Djamal dikutip Republika.co.id, Selasa (30/1).
Ia menjelaskan proses terjadinya gerhana bulan. Bayangan gelap yang jatuh pada purnama, adalah bayangan bumi. Bayangan gelap pada proses gerhana berbentuk melengkung yang mengindikasikan bulatnya bumi.
Skematik astronomis menjelaskan kejadian gerhana bulan terjadi akibat bulan memasuki bayangan bumi. Bayangan bumi terjadi karena cahaya matahari terhalang oleh bumi.
Kejadian gerhana juga bisa diprakirakan dengan baik waktu dan prosesnya. Hal itu didasarkan pada model saintifik sistem bumi-bulan-matahari. Bulan mengitari bumi. Bumi bersama bulan mengitari matahari. Cahaya purnama disebabkan oleh pantulan cahaya matahari.
"Namun pada saat tertentu, bulan memasuki bayangan bumi ketika matahari-bumi-bulan dalam posisi segaris. Saat itulah terjadinya gerhana yang bisa kita amati," tutur Djamal.
Menurut Djamal, para penggemar dongeng bumi datar (FE: Flat Earth) tidak bisa menjelaskan fenomena gerhana bulan secara logis. Waktu kejadian gerhana dan prosesnya tidak bisa mereka jelaskan, karena dongeng bumi datar tidak menggunakan sains, walau mereka mengklaim melakukan kegiatan yang mereka sebut penelitian.
"Kejadian gerhana bulan adalah pukulan telak yang membantah dongeng bumi datar," tegas Djamal.