Selasa 30 Jan 2018 07:15 WIB

Pemanasan Global Buat Letusan Gunung Berapi Semakin Sering

Peristiwa alam seperti itu lebih sering terjadi di masa depan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Winda Destiana Putri
Letusan gunung berapi. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Letusan gunung berapi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Letusan gunung berapi yang kuat di Filipina memaksa lebih dari 50.000 orang mengevakuasi dan mengirim abu lebih dari satu mil ke langit. Sementara itu, sebuah letusan di sebuah resor ski Jepang di utara Tokyo menyebabkan longsoran yang menewaskan satu orang dan membuat banyak orang terjebak di gunung.

Peristiwa alam seperti itu lebih sering terjadi di masa depan. Sebuah studi baru-baru ini di jurnal Geology menunjukkan, aktivitas vulkanik cenderung meningkat saat planet menghangat dari perubahan iklim akibat ulah manusia.

Peneliti tersebut mengungkapkan, peristiwa tersebut memiliki hubungan antara es glasial dan magma bawah permukaan. Untuk memahami efek ini, tim mempelajari catatan letusan gunung berapi di Islandia dari 5.500 sampai 4.500 tahun yang lalu, ketika itu iklim jauh lebih dingin daripada sekarang.

Studi itu mencoba melihat endapan abu dalam catatan geologi di Islandia dan Eropa, dan mengetahui periode mana yang meningkatkan aktivitas vulkanik berdasarkan abu yang lebih tebal dan lebat di danau ataupun rawa. Kemudian menganalisis periode aktivitas tinggi ini sehubungan dengan waktu retret glasial. Peneliti menemukan, jumlah letusan menurun saat iklim mendingin dan penutupan glasial meningkat.

Selama waktu itu, terjadi pula penurunan volume lahar yang keluar dari gunung berapi Islandia. Begitu juga sebaliknya, saat gletser berkurang, peneliti menemukan aktivitas vulkanik meningkat.

Ilmuwan mengatakan, es glasial Bumi mencair pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya karena perubahan iklim. Laporan National Snow and Ice Data Center, antara tahun 1979 dan 2006, pencairan lapisan es Greenland meningkat 30 persen.

Sementara hubungan antara glasial dan aktivitas vulkanik yang meningkat tidak sepenuhnya dipahami, hubungan tersebut kemungkinan disebabkan oleh es glasial tekanan yang ada di permukaan bumi. Bila tekanan itu mereda, magma bisa lebih mudah meledak.

"Setelah gletser dilepaskan, tekanan permukaan berkurang, dan magma lebih mudah menyebar ke permukaan dan dengan demikian meletus," kata penulis utama kertas dan seorang profesor di University of Leeds, mengatakan kepada Scientific American Graeme T. Swindles, dikutip dari Sciencealert, Ahad (28/1).

Islandia memiliki banyak gletser dan aktif secara vulkanik, sehingga daerah tersebut mungkin lebih rentan terhadap efek ini daripada, Filipina. Namun, Swindles memperingatkan tren tersebut kemungkinan tidak terbatas di negara utara.

"Saya pikir kita bisa memperkirakan mungkin akan melihat lebih banyak aktivitas vulkanik di wilayah dunia dimana gletser dan gunung berapi berinteraksi," kata Swindles kepada Scientific American, menunjuk ke Pasifik bagian Utara, Amerika Selata, dan Antartika.

 Baca juga: Pemanasan Global Picu Turunnya Kelahiran Kura - Kura Jantan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement