Senin 22 Jan 2018 06:33 WIB

Twitter Nonaktifkan Akun yang Terkait dengan Rusia

Akun tersebut diyakini berbagi informasi untuk mengganggu pemilihan presiden AS.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Winda Destiana Putri
Twitter
Foto: Reuter
Twitter

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Twitter mengumumkan pada Jumat (19/1), pihaknya telah menonaktifkan lebih dari seribu akun baru yang terkait dengan akun yang dikendalikan oleh Rusia. Dimana akun-akun tersebut diyakini berbagi informasi yang dimaksudkan untuk mengganggu pemilihan presiden AS pada 2016 lalu.

Dilansir Fox News, Ahad (21/1), dalam sebuah postingan resmi dari Twitter, platform media sosial tersebut mengatakan telah menonaktifkan sebanyak 1.062 akun baru. Dalam postingannya, Twitter mengatakan, akun tersebut terkait dengan sejumlah akun yang berpotensi berkaitan dengan upaya propaganda oleh sebuah organisasi terkait pemerintah Rusia yang dikenal sebagai Internet Research Agency.

Selain dinonaktifkan, Twitter juga mengatakan akan mengirimkan pemberitahuan melalui email kepada 677.775 orang di AS, yang berinteraksi dengan akun tersebut. Baik mereka yang mengikuti, me-retweet, maupun yang menyukai postingan dari akun tersebut selama kampanye berlangsung.

Baca juga: Twitter Kembangkan Tweetstorm

Twitter juga menemukan 13.512 akun lainnya yang terkait dengan Rusia, yang me-retweet sebanyak 50,258 postingan selama masa pemilihan presiden AS 2016. Dalam postingannya, Twitter juga membagikan beberapa contoh postingan dari akun yang diyakini terkait dengan upaya propaganda, selama pemilihan presiden AS 2016 tersebut.

Salah satu postingan berbunyi, "Polisi telah membunuh 68 orang dalam 22 hari sejak #Kaepernick mulai melakukan demonstrasi. 68 dalam 22 hari tidak bisa berkata-kata #KeithLamontScott," bunyi cuitan yang diposting oleh Twitter.

Contoh cuitan lain yang diposting Twitter yaitu adanya poto mantan Direktur FBI James Comey, dengan tulisan "Undurkan Diri Sekarang". Tulisan tersebut ditambah dengan kata-kata, "RT jika Anda juga berpikir bahwa Direktur FBI James Comey harus dihukum karena menghalangi penyelidikan dan bersekongkol dengan seorang penjahat," tambah contoh tulisan yang diposting oleh Twitter.

Temuan tersebut hanya muncul selama seminggu setelah perwakilan Twitter bersaksi di hadapan Komite Perdagangan Senat, di mana mereka dituduh atas penggunaan platformnya oleh Rusia dan organisasi ekstremis lainnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya