REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Tiap tahun, delapan juta ton plastik dibuang ke laut. Karena itu, para aktivis lingkungan mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik, termasuk sedotan.
Tiap hari, Warga AS membuang 500 juta sedotan plastik. Jumlah itu setara dua kali keliling bumi atau cukup mengisi 125 unit bus sekolah.
Ketua Strawless Ocean, Adrian Grenier, angka 500 juta sedotan itu adalah angka rata-rata. Dari pengalamannya di New York dan Los Angeles, tiap orang bisa menerima 10 sedotan sehari dari berbagai minuman yang dibeli.
Sedotan memang terlihat kecil. Namun benda ini bisa jadi gerbang masalah yang lebih besar. Sedotan terkoneksi dengan semua golongan masyarakat. Karena itu, siapapun dan apapun status sosial seseorang, mereka bisa ikut menyelamatkan lingkungan dengan hal kecil seperti berhenti memakai sedotan. Grenier dan komunitasnya meluncurkan kampanye #stopsucking.
Perusakan lingkungan, kata Grenier, sering dianggap sepele. Strawless coba mengubah kampanye mereka dengan cara lebih positif dan elegan. Kampanye itu berhasil menekan peggunaan sedotan plastik di Seattle, AS hingga 2,3 juta dalam tiga bulan.
Menurut Ocean Conservacy, sedotan plastik masuk 10 besar polutan laut. Berbahan dasar bahan bakar fosil, sedotan plastik nyaris tak mungkin didaur ulang. Ini jadi persoalan karena tiap hari delapan ton sampah dibuang ke laut tiap tahunnya, demikian dilansir BBC, Senin (15/1).
Sedotan plastik kini jadi target kampanye lingkungan. Pendiri Be Straw Free pada 2011, Milo Cress, menyadari restoran langsung memberi konsumen sedotan. Karena itu, ia mulai mengajak restoran-restoran di Burlington, Vermont AS untuk memberi opsi apakah konsumen mau memakai sedotan atau tidak. Aksi itu berhasil membuat penggunaan sedotan di sana berkurang 50 hingga 80 persen.
Cress menyatakan ada banyak alternatif untuk mengurangi penggunaan sedotan plastik, termasuk menggunakan sedotan yang tidak sekali pakai.
Kampanye ini menular ke Inggris. Pemerintah Inggris akan melarang penggunaan sedotan plastik pada 2024 mendatang.
Menurut pendiri The Last Plastic Straw, Jackie Nunez, menilai, di awal, memberi konsumen opsi menggunakan sedotan atau tidak, bisa jadi pendekatan awal sebelum melarang penggunaannya. ''Kami juga tidak ingin orang-orang merasa buruk saat mereka memang benar-benar butuh sedotan,'' kata Nunez.
Bila delapan juta ton plastik dibuang ke laut tiap tahunnya, pada 2050 diprediksi jumlah pastik akan lebih banyak dari pada ikan.
Advertisement