REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institusi perbankan mendapatkan rekomendasi terbaru demi merubah diri dalam bertransformasi. Transformasi digital di awal 2018 bagi institusi perbankan perlu mendapatkan inovasi, serta perbaikan kolaborasi dengan ekosistem financial technology atau fintech.
Rekomendasi tersebut tertuang dalam riset International Data Corporation (IDC) Indonesia pada tingkat global, regional Asia Pasifik, dan Indonesia yang dirilis pada pertengahan Desember 2017 lalu, di Jakarta.
IDC Indonesia telah melakukan studi dan pengamatan untuk industri Perbankan Indonesia mengenai langkah bagi perbankan dalam melakukan transformasi digital. Hal tersebut kemudian dikaitkan dengan pemunculan inovasi, serta kolaborasi bersama para fintech yang tengah bermunculan di tanah air. Dalam waktu satu tahun ke depan, IDC Indonesia menyarankan para institusi perbankan untuk memiliki kerangka kerja atau framework trnasformasi digital. Proses transformasi tersebut menjadi sebuah perjalanan panjang dalam lima sampai 10 tahun ke depan, bahkan bisa lebih lama.
Untuk menempuh perjalanan tersebut perbankan memerlukan 'Digital Transformation Framework' sebagai panduan kinerja menjadi lebih efektif dan efisien. Berdasarkan riset IDC, mayoritas bank di Indonesia belum memiliki framework tersebut secara lengkap. Kemudian beberapa bank telah melakukan transformasi digital secara sporadis dan reaktif dari perkembangan digital, baik di pasar dalam atau luar negeri.
Research Manager Consulting IDC Indonesia Mevira Munindra mengatakan, industri perbankan disarankan untuk meluncurkan produk dan layanan online payments. "Jasa pembayaran tersebut menjadi yang paling umum dan dibutuhkan sehari-hari oleh masyarakat, meningkatnya proses digitalisasi dan pembayaran online penting bagi sebuah bank di masa depan," kata Mevira.
Saat ini, hampir semua bank besar di Indonesia sudah meluncurkan produk pembayaran daring. Bagi bank lain yang belum memiliki produk tersebut diharapkan segera membuatnya. Apabila tidak mengikuti tren tersebut maka cepat atau lambat bank bisa ditinggalkan para nasabahnya, terutama bagi para generasi muda milenials yang akan tumbuh menjadi kelompok produktif atau pekerja.
Advertisement