Jumat 12 Jan 2018 09:42 WIB

Ilmuwan Temukan Mumi Hepatitis-B Tertua

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andi Nur Aminah
Sirosis
Sirosis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mumi anak yang dikubur di Basilika Saint Domenico Maggiore, Naples, Italia pada 1980-an atau abad ke-16 sejauh ini dikenal sebagai kasus cacar paling awal yang ditemukan di dunia. Masalahnya, anak berusia dua tahun itu belakangan diketahui tidak terkena cacar air, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan IFL Science.

Ilmuwan kembali memeriksa sisa-sisa penemuan kuno yang masih merupakan studi penting dalam evolusi penyakit. Mumi anak tersebut tampaknya terkena hepatitis-B. Penemuan ini memberikan wawasan baru bagi peneliti tentang bagaimana virus tersebut berevolusi selama beberapa abad terakhir.

Virus hepatitis-B atau HBV menyerang hati dan menyebabkan sirosis juga kanker hati. Virus ini menewaskan sekitar 887 ribu orang per tahun.

Meski saat ini sebagian besar kasusnya bisa dicegah lewat vaksin, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 257 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HBV. Virus ini menyerang anak-anak, diturunkan dari ibu ke anak selama proses melahirkan.

Dilansir dari Mental Floss, Jumat (12/1), tim peneliti dari McMaster University, Kanada yang hasilnya diterbitkan di PLOS Pathogens memelajari mumi anak tersebut untuk mengetahui bagaimana cacar menyebar dan berevolusi dalam sejarah manusia. Mereka menggunakan analisis molekuler untuk memelajari kulit dan tulang mumi dan mereka tak menemukan apapun yang mengindikasikan balita tersebut terkena cacar.

Sebagai gantinya, peneliti menemukan HBV yang dapat menyebabkan ruam disebut Gianotti-Crosti Syndrome yang dikenali peneliti pertama sebagai cacar. Strain HBV kuno ini ditemukan dalam jaringan mumi yang genomnya mirip dengan HBV modern saat ini.

Mumi anak ini bisa saja terkontaminasi saat pertama kali dipelajari pada 1980-an. Akan tetapi, setelah menganalisis materi genetik lebih jauh dan memelajari strain HBV yang lebih tua, peneliti menemukan masuk akal jika virus tersebut belum berkembang luas dalam 500 tahun terakhir. Meski teori kontaminasi masih mungkin terjadi, mumi tersebut sejauh ini benar-benar merupakan versi kuno dari HBV. Ini mengingat HBV juga ditemukan sekitar abad ke-16 di Asia. Mumi kuno di Eropa tersebut kemungkinan besar menderita penyakit sama pada waktu bersamaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement