Senin 04 Dec 2017 18:36 WIB

Siklon Dahlia Menghilang, Bibit Siklon Muncul di Utara

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Winda Destiana Putri
siklon tropis dahlia
Foto: BMKG
siklon tropis dahlia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diketahui bahwa per-tanggal 3 Desember pukul 19:00 WIB siklon Dahlia melemah dan menjadi eks-Dahlia. Sudah bisa dikatakan bukan siklon lagi.

"Perlu disampaikan bahwa pada tanggal 3 des 2017 pukul 19:00 WIB siklon tropis Dahlia telah melemah dan menjadi eks-Dahlia. Bisa dikatakan siklon tersebut luruh dan sudah bukan siklon lagi," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada konferensi pers di Gedung BMKG, Jalan Angkasa 1, Jakarta, Senin (4/12).

Pantauan terakhir eks-Dahlia dikatakan telah meluruh di luar wilayah Indonesia dan menuju ke arah selatan atau Australia. Meskipun posisi siklon tropis tersebut sudah menjauh, sisa dampak siklon masih akan terasa di Indonesia wilayah selatan seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, dan Nusa Tenggara.

Hujan lebat masih akan terjadi baik di wilayah Nusa Tenggara dan Jawa. Dikatakan meskipun penyebab cuaca ekstrem tersebut sudah hilang, bencana yang datang masih ada dan akan menghilang secara perlahan.

Meskipun Dahlia dikatakan telah meluruh namun bibit siklon tropis muncul di Barat Laut Aceh yang disebut dengan 93W. Diperkirakan dalam 48 jam kedepan bibit siklon tropis mengalami penguatan menjadi siklon tropis dengan pergerakan ke arah Barat Laut menjauhi wilayah Indonesia.

"Bibit siklon tropis tersebut tidak berada dalam area tanggung jawab TCWC Jakarta namun dampaknya masih signifikan dirasakan wilayah Indonesia terutama di sebagian wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat," ujar Dwikorita.

Kondisi tersebut dikatakan oleh Kepala BMKG berdampak pada beberapa aspek cuaca dan kondisi. Di antaranya ada peningkatan gelombang tinggi hingga empat meter, angin kencang, hujan kebat, hingga potensi kilat atau petir.

Munculnya siklon tropis akhir-akhir ini disebutkan oleh BMKG merupakan keterkaitan dengan fenomena perubahan iklim atau global warming. Hal tersebut memicu lebih banyak gangguan di sektor cuaca dan iklim serta kenaikan intensitas maupun kuantitas di beberapa wilayah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement