REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Pusat Inovasi dan Kajian Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM), Hatma Suryatmojo mengatakan, dari 262 juta penduduk Indonesia, 132,7 juta sudah menggunakan internet. Artinya, Indonesia sudah memasuki momen saat separuh penduduknya merupakan pengguna internet aktif.
"Uniknya, selain dari semua itu ada 40 persen yang aktif di media sosial, ada 371 juta sim card provider yang beredar di Indonesia," kata Hatma dalam talkshow Pendidikan Masa Depan di Era Digital, Selasa (28/11).
Ia menerangkan, pertumbuhan tahunan dunia digital di Indonesia meningkat sangat pesat yaitu mencapai 39 persen per tahun. Artinya, semakin banyak masyarakat yang familiar dengan gawai-gawai sekaligus dunia digital.
Termasuk, lanjut Hatma, mereka sudah bisa mendapatkan jawaban-jawaban tugas tanpa perlu bertemu guru-guru atau perpustakaan sekalipun. Hal ini dirasa jadi tantangan berat yang harus dihadapi pengajar dan perpustakaan.
"Harus dipikirkan, apakah pendidikan di masa depan masih memerlukan guru-guru, perpustakaan," ujar Hatma.
Dari penggunaan alat, pengguna ponsel di Indonesia mencapai 91 persen, telepon pintar mencapai 47 persen, dan sisanya laptop 21 persen. Sementara, waktu mengakses internet rata-rata mencapai delapan jam 44 menit sehari.
Sisanya, banyak orang menghabiskan waktunya untuk menggunakan telfon genggam sekitar tiga jam 55 menit, dan untuk media sosial rata-rata tiga jam 13 menit. Namun, ada yang menarik dari perilaku tersebut.
"Penggunaan internet semakin banyak, tapi aktivitas mengecek email hanya 14 persen, search engine hanya 9 persen, memutar fitur lagu hanya 6 persen dan semua kalah untuk membuka media sosial yang mencapai 62 persen," kata Hatma.
Sejauh ini, pengguna sosial media aktif di Indonesia mencapai 106 juta penduduk, dan 92 juta di antaranya menggunakan ponsel untuk mengaksesnya. Hal ini turut membuat televisi semakin tidak laku, beralih ke YouTube.
Bahkan, belakangan sampai muncul cita-cita baru ingin jadi YouTuber. Untuk aktivitasnya, media sosial yang paling banyak digunakan YouTube sampai 49 persen, Facebook 48 persen, disusul WhatsApp, messenger dan sosial networking lain.
"Ini tantangan dunia pendidikan, bagaimana caranya pelajaran yang dilakukan menarik siswa, sebab semua sudah selesai hanya dengan browsing," ujar Hatma.
Bahkan, belakangan sempat heboh hadirnya aplikasi ruangguru.com, yang sudah menjadi ruang komunikasi guru-guru se-Indonesia. Malah, kehadirannya sampai mengancam eksistensi satu Ditjen di Kemendikbud yang fungsinya sama.
"Jadi disruptif inovasi itu benar-benar bisa mengubah pola hidup manusia, hasil disruptif inovasi itu sendiri merupkaan hasil inovasi generasi lanjut, dan jika tidak kreatif tidak bisa menghasilkan inovasi," kata Hatma.