REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE -- Tesla telah merampungkan pembuatan baterai terbesar di dunia dalam waktu kurang dari 100 hari. Baterai ion lithium tersebut akan digunakan untuk membantu permasalahan energi di negara bagian Australia Selatan, Australia.
Perihal waktu pembuatan juga dibahas saat penandatanganan kontrak antara Tesla dan pemerintah Australia Selatan. CEO Tesla Elon Musk mengonfirmasi bahwa jika baterai tidak selesai dalam waktu maksimal 100 hari maka pembiayaannya akan digratiskan.
Laman Ubergizmo melaporkan, keseluruhan proyek menghabiskan biaya sebesar 50 juta dolar AS atau setara Rp 676 miliar. Penandatanganan antara kedua belah pihak berlangsung pada akhir September 2017 dan saat itulah hitung mundur 100 hari dimulai.
Tesla memenuhi janji tenggat waktunya dan pemerintah setempat telah mengeluarkan pernyataan resmi tentang rampungnya baterai 100 Megawatt tersebut. Saat ini, baterai sedang dalam proses pengisian energi dan akan diuji coba beberapa hari lagi.
Dengan kehadiran baterai raksasa yang diberi nama Tesla Powerpacks tersebut, Australia Selatan diharapkan memiliki daya cadangan selama musim panas mendatang. Baterai berfungsi menyimpan sejumlah besar energi dari sumber terbarukan seperti angin dan matahari.
Lantas, baterai akan memasok daya saat pemakaian listrik sedang melonjak di Australia Selatan. Karena itu, uji coba penting dilakukan untuk memastikan baterai dapat digunakan optimal dan sesuai dengan persyaratan pemerintah.
Kehadiran teknologi tersebut sangat dibutuhkan oleh Australia Selatan. September 2016, negara bagian tersebut sempat mengalami pemadaman listrik total yang memicu perdebatan panjang mengenai sekuritas energi.