Selasa 28 Nov 2017 06:17 WIB

Waspada 'Link' dari Platform Transportasi Online

Rep: Nora Azizah/ Red: Esthi Maharani
Warga mencari transportasi dengan aplikasi online. ilustrasi
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warga mencari transportasi dengan aplikasi online. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA.- Pada akhir 2016 lalu platform transportasi berbasis aplikasi, Uber, mengumumkan bahwa perusahaan tersebut menjadi korban peretasan. Uber memberikan informasi tersebut melalui sebuah pernyataan resmi dalam situs Uber. Chief Executive Officer (CEO) Uber Dara Khosrowshahi memberikan pernyataan langsung di dalamnya.

Head of Anti Malware Research Team Kaspersky Lab Vyacheslav Zakorzhevsky memberi komentar terhadap kejadian tersebut. Kaspersky Lab selaku perusahaan sistem keamanan memaparkan, insiden serangan Uber merupakan sebuah bukti bahwa para penjahat siber tidak hanya fokus pada perusahaan raksasa saja tapi juga usaha rintisan.

"Tidak peduli besar atau kecil perusahaan, penjahat siber hanya fokus pada keuntungan," ungkap Zakorzhevsky, pekan lalu. Kaspersky juga melihat hal tersebut akan menjadi tren dan terus meningkat. Bila insiden pelanggaran data tersebut kan sering terjadi di masa depan, maka jangan pernah meremehkan konsekuensi yang ditimbulkan.

Konsekuensi tersebut akan terkait pada data, termasuk informasi pribadi yang bisa jatuh ke tangan penyusup. Sebab, data yang telah diakses para pelaku dapat digunakan untuk serangan lebih lanjut ke tangan pengguna. Salah satunya, dengan menyebarkan malware atau jenis spionase siber. Para pelaku bisa saja menjual data curian tersebut ke pasar gelap dan akan mendapatkan permintaan cukup tinggi.

Kaspersky Lab melihat, tahun ini terdapat peningkatan aktivitas kejahatan siber yang menargetkan aplikasi mobile ride sharing populer. Layanan jenis tersebut akan tetap menjadi target menarik. Salah satu alasannya, kredensial dan data sensitif yang dimiliki perusahaan. Akses terhadap informasi tersebut bisa menyebabkan kerusakan bagi pengguna.

Kaspersky menghimbau bagi pengguna untuk memperhatikan setiap pesan masuk yang dikirim melalui email atau pesan teks. "Jangan klik tautan yang ada di dalamnya," jelas Zakorzhevsky. Kemudian hindari pemasangan aplikasi dari sumber yang tidak dikenal.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement