REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akibat letusan Gunung Agung di Karangasem, Bali, sejumlah penerbangan dari dan menuju Pulau Dewata dibatalkan. Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, ditutup sejak hingga Selasa (28/11) besok. Bahkan Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat, sempat ditutup pada Ahad (26/11) tapi dinyatakan kembali aman untuk penerbangan pada Senin (27/11) pagi.
Penutupan ini dilakukan karena ada debu vulkanik erupsi Gunung Agung, Bali, di rute penerbangan dari dan menuju kedua bandara itu. Menurut penjelasan Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Agus Santoso, abu vulkanik tersebut sangat membahayakan pesawat terbang. "Bila debu vulkanik ke tabung pengukur kecepatan (plugs tubes) pesawat dapat menyebabkan kerusakan dan kekeliruan dalam membaca data kecepatan pesawat," tulis Agus, seperti dilansir di akun Twitter Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Senin (27/11).
Tidak hanya itu, menurut penjelasan Agus, debu vulkanik yang memiliki kontur tajam tersebut juga akan menggores kaca kokpit pesawat yang bisa melaju di atas 500 mil per jam. Maka sangat jelas itu akan mengganggu pandangan pilot.
Kemudian, jika debu vulkanik tersedot ke dalam mesin pesawat dan mengakibatkan bilah turbin meleleh karena suhu panas mesin. "Itu sangat berpotensi merusak fungsi baling-baling pesawat turboprop dan mengganggu komponen vital lainnya," ungkapnya.
Selanjutnya, debu vulkanik juga akan membeku melapisi sensor suhu bahan bakar pesawat. Bahan bakar pun akan lebih boros dan suhun mesin meningkat. Maka dalam posisi ini kemungkinan mesin mati sangat besar. Tentu saja hal ini sangat membahayakan penerbangan jika dipaksakan terbang di saat abu vulkanik masih beterbangan.