Senin 27 Nov 2017 02:12 WIB

Bau Nafas Bisa Deteksi 17 Penyakit

Rep: Rossi Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Bau nafas (ilustrasi)
Foto: oxyfresh.com
Bau nafas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melalui hal yang berbau dari nafas seseorang, bisa menjadi kunci masa depan tes diagnostik non-invasif yang lebih akurat, dan murah untuk mendeteksi penyakit. Mulai dari malaria, kanker hingga penyakit parkinson.

Ilmuwan di Israel sedang mengerjakan tes nafas yang mereka katakan bisa mendeteksi sebanyak 17 penyakit. Sedangkan, tim yang berbasis di Amerika Serikat tengah menguji perangkat mereka untuk mengidentifikasi tanda nafas dari malaria di Malawi, Afrika.

Dua teknologi yang berkembang menggunakan perbandingan senyawa kimia yang ditemukan dalam nafas sehat, ke senyawa yang ditemukan dalam nafas seseorang dengan penyakit. Meskipun versi ini tidak siap untuk penggunaan klinis, para ilmuwan berharap pengujian bau dapat segera membuat diagnosa, proses yang tidak menyakitkan, dan jauh lebih murah untuk pasien.

Tim Technion-Israel Institute of Technology di belakang Na-Nose, yang dirancang untuk mendeteksi hingga 17 penyakit, mengklaim bahwa teknologi barunya dapat memberikan berbagai macam penyakit pada nafas seseorang.

Pengembang Na-Nose mengklaim, ia dapat mencium bau penyakit termasuk beberapa bentuk kanker, multiple sclerosis, dan parkinson. Sejauh ini, sudah terbukti 86 persen akurat dalam mendeteksi penyakit.

Dr Audrey Odom John di University of Washington St. Louis, Missouri sedang mengembangkan teknologi serupa untuk mendeteksi malaria. Ia mengatakan, metodenya yang juga menganalisis nafas sekitar 83 persen akurat.

Tes nafas mungkin sangat penting dalam diagnosis malaria karena penyakit ini menjadi resisten terhadap tes darah saat ini, dengan cara tertentu. "Di beberapa daerah, tes darah tidak mendeteksi cepat malaria sama sekali karena tidak memiliki protein (tertentu)," kata Dr Odon John, dilansir dari laman Daily Mail.

Pengujian tersebut mendekati akurasi 90-95 persen tes darah, yang secara tradisional digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini. Sementara Dr Odom John telah menguji keakuratan teknologinya yang baru pada anak-anak di Malawi, Afrika. Malaria jauh lebih lazim di tempat tropis seperti Malawi, dan di kalangan anak kecil.

Ia dan timnya mengidentifikasi enam senyawa aroma nafas yang dikaitkan dengan anak-anak dengan malaria. Dari tes, 83 persen kemungkinan terkena malaria pada anak yang nafasnya memiliki enam senyawa.

Tes diagnostik hanya digunakan pada anak-anak, sehingga belum jelas apakah hal itu akan berhasil untuk orang dewasa. Tapi Dr Odom John berharap untuk mengulanginya dengan orang dewasa, dan spektrometer yang lebih sensitif, alat yang menganalisis senyawa udara dalam nafas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement