Rabu 22 Nov 2017 12:27 WIB

Apa yang Terjadi Bila Kapal Selam Menghilang?

Rep: Marniati/ Red: Indira Rezkisari
Kapal selam ARA San Juan.
Foto: EPA
Kapal selam ARA San Juan.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah kapal selam dengan 44 awak kapal masih hilang di pantai Argentina pada Rabu. Dilansir dari BBC, Senin (20/11), dalam kontak terakhir yang dilaporkan dengan ARA San Juan, kapten kapal selam melaporkan adanya gangguan yang berkaitan dengan "hubungan pendek" di baterai kapal selam tersebut.

Kapal selam diciptakan untuk sulit ditemukan. Ini dikarenakan kapal selam sering digunakan dalam operasi pengawasan rahasia.

Seorang dosen di University of Kentucky,Robert Farley mengatakan kapal selam sangat sulit dilacak jika berada di dasar laut karena dalam keadaan seperti itu tidak akan menimbulkan suara apapun.

"Kebisingan, yang jika tidak dipecahkan oleh apa yang dikenal sebagai sonar pasif, terdistorsi dan terlihat -ke sonar aktif- seperti dasar laut," katanya.

Ada beberapa cara agar kapten atau kru dapat membuat lokasi mereka diketahui jika dalam keadaan tertekan. Metode ini mencakup pengiriman panggilan sinyal ke kontak di pangkalan angkatan laut atau kapal sekutu, atau melepaskan perangkat yang mengapung ke permukaan namun tetap menempel pada kapal selam.

Adapun terkait jumlah hari dimana kru dapat bertahan bergantung pada berapa lama kesiapan mereka di bawah air. "Jika baterai diisi dan udara disegarkan maka akan ada harapan. Untuk kapal Argentina mereka dapat bertahan 10 hari jika dipersiapkan dengan baik," kata Farley.

Salah satu praktik yang paling penting untuk bertahan adalah awak kapal yang terjebak harus memperlambat laju pernapasan mereka guna menghemat oksigen. Farley mengatakan ini adalah hal yang sulit untuk membuat orang mempraktikannya. "Dalam keadaan seperti itu dugaan saya adalah mereka akan diperingatkan untuk mengurangi aktivitas dan mengurangi pembicaraan untuk menyelamatkan oksigen," katanya

Kondisinya, yang cenderung dingin dan lembab, mungkin berdampak buruk pada semangat untuk tetap bertahan. Namun personil di kapal akan terlatih dan disiplin.

Mereka kemungkinan akan membentuk rutinitas, membuat diri senyaman mungkin sambil meminimalkan gerakan dan saling mendukung saat menunggu penyelamatan. Kondisi ini masih belum jelas apakah terjadi dalam kasus ARA San Juan yang hilang.

Menurut Farley, kemungkinan terjadi kegagalan listrik setelah laporan adanya kesalahan yang mempengaruhi baterai kapal selam. Menurutnya, kerusakan semacam itu bisa mematikan mesin dan sistem komunikasi.

Jika kapal yang terendam mengalami masalah saat kembali ke permukaan, prosedur dapat diimplementasikan untuk memperbaikinya. Untuk mengendalikan daya apung, tangki bahan bakar atau pemberat dapat dikosongkan dan digunakan untuk mengangkat kapal selam. Untuk mencapai hal ini, bahan bakar diesel atau pemberat dilepaskan, mengosongkan tangki, dan biliknya kemudian diisi dengan udara.

Kapal selam juga memiliki hydroplanes kecil; sayap yang disesuaikan agar air bisa bergerak ke arah yang berbeda saat kapal menaiki busurnya dan bagian belakang kapal ke atas atau ke bawah untuk membantu gerakannya. Dengan kemungkinan kekurangan oksigen dan penumpukan karbon monoksida, mati lemas adalah risiko nomor satu.

Oksigen dapat diberikan melalui tabung atau generator yang melakukan proses yang disebut "elektrolisis" - yang secara efektif memisahkan komponen seperti air dan oksigen. Namun kekurangan tenaga akan menghambat proses ini dan pasokannya secara bertahap akan habis. Ada bahaya lain juga yang bisa mengintai.

Farley menambahkan jika sebuah kompartemen di dalam kapal selam yang terperangkap menjadi banjir, ini bisa menyebabkan api berkedip dan bencana lainnya karena udara semakin sulit didapatkan.

Kapal selam ARA San Juan hilang sejak 15 November. Kapal dibangun di Jerman pada 1983 dengan panjang 66 meter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement