Kamis 16 Nov 2017 04:24 WIB

Hentikan Konsumsi Plasenta Bayi!

Rep: Taufiq Alamsyah Nanda/ Red: Winda Destiana Putri
Ilustrasi Ari-Ari Bayi
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Ari-Ari Bayi

REPUBLIKA.CO.ID, Para ahli melarang keras perempuan untuk mengonsumsi plasenta atau ari - ari bayi. Bahkan dikatakan bahwa plasenta justru bisa menjadi racun bagi tubuh.

Konsumsi plasenta menjadi tren setelah beberapa artis Hollywood memakannnya. Sebut saja Kim Kardashian, Januari Jones dan Mayim Bialik.

Plasenta adalah organ yang menghubungkan janin yang sedang tumbuh ke dinding rahim selama kehamilan. Fungsingnya ialah untuk memasok nutrisi dan oksigen melalui tali pusar kepada kepada sang calon bayi. Hal tersebut sering dipuji sebagai makanan ajaib.

Para konsumen plasenta, mengatakan bahwa plasenta memiliki kemampuan untuk menyembuhkan kekurangan zat besi hingga depresi pascamelahirkan. Namun sampai saat ini hal tersebut tidak memiliki dasar ilmiah.

Sebenarnya, tidak ada bukti sama sekali bahwa hal itu bermanfaat, sesuai dengan meta-analisis tahun 2015 yang dilakukan oleh para periset di Northwestern Medicine yang dipimpin oleh Cynthia Coyle. Tim memeriksa 10 studi placentophagy (julukan bagi pemakan plasenta), baik pada manusia dan hewan.

Studi pada tikus telah menemukan bahwa ada beberapa manfaat, seperti regulasi hormon dan pereda nyeri. Penelitian ini telah menghasilkan kesimpulan bahwa ada manfaat yang sama bagi manusia. Tapi, seperti metodologi analisis yang ditentukan Coyle, penelitian terhadap hewan tidak dapat diterjemahkan sebagai manfaat untuk manusia.

Pada tahun lalu, sebuah studi pengobatan plasebo untuk 23 peserta menemukan bahwa reputasi plasenta sebagai sumber zat besi yang sangat baik dilebih-lebihkan. Bila dibandingkan dengan pil plasebo dengan kadar zat besi kurang dari 15 persen, pil plasenta tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kadar zat besi.

Plasebo adalah suatu metode pengobatan yang bersandar pada efek sugesti. Dokter akan memberikan obat yang sesunggguhnya tidak memiliki efek penyembuhan pada pasien. Penyakit yang diderita pasien akan sembuh karena adanya sugesti positif dari pikiran mereka sendiri.

Setelah pengobatan dengan plasenta nampak ada suatu efek placebo. Efek tersebut membawa pengaruh positif pada suasana hati, status zat besi, laktasi dan energi secara umum yang dilaporkan oleh pendukung praktik tersebut. Namun semua temuan tersebut tidak pernah terbukti secara klinis.

Para placentophagy tetap berargumen bahwa meskipun tidak ada manfaaat yag dipetk, tidak ada salahnya mengonsumsi plasenta. Karena tidak ada efek  negatif juga bagi tubuh. Namun efeknya ternyata akan terlihat dalam jangka panjang.

"Secara medis, plasenta adalah produk limbah," kata ginekolog Alex Farr, dari Universitas Kedokteran Wina. Menurutnya, nutrisi yang diduga seperti zat besi, selenium dan seng tidak ada dalam konsentrasi yang cukup dalam plasenta. Namun, konsentrasi logam berat yang tinggi di plasenta ditemukan menumpuk di sana selama kehamilan.

Sebuah studi pada tahun 2016 menemukan bahwa ada kadar arsenik, kadmium, kobalt, tembaga, besi, timbal, mangan, merkuri, molibdenum, rubidium, selenium, strontium, uranium, dan zinc yang terdeteksi pada pil plasenta. Dalam dosis yang sedikit mungkin tidak menyebabkan kerusakan pada tubuh, tapi bisa berbahaya dalam dosis yang lebih besar.

Empat persen peserta penelitian dalam sebuah studi tahun 2016 yang mengalami sakit kepala setelah mengkonsumsi pil plasenta dapat dipicu oleh bahan beracun. Bahkan kondisinya semakin parah. Awal tahun 2017 Pusat Pengendalian Penyakit di AS mengeluarkan sebuah peringatan, melaporkan sebuah kasus dimana seorang bayi berulang kali mengalami infeksi darah yang mengancam jiwa karena pil plasenta yang dikonsumsi oleh ibu, dilansir laman Sciencealert.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement