Ahad 12 Nov 2017 19:02 WIB

Startup Internal Telkom Terus Perteguh Sistem

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Chief Human Capital Officer PT Telkom Herdy R. Harman (kelima kanan) di sela-sela helatan Forum Human Capital Indonesia 2017 di Jakarta, akhir pekan lalu. Program Digital Amoeba PT Telkom, yakni program internal digital startup, diperteguh agar makin kuat sistemnya.
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Chief Human Capital Officer PT Telkom Herdy R. Harman (kelima kanan) di sela-sela helatan Forum Human Capital Indonesia 2017 di Jakarta, akhir pekan lalu. Program Digital Amoeba PT Telkom, yakni program internal digital startup, diperteguh agar makin kuat sistemnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Telekomunikasi Indonesia berkomitmen mendorong karyawannya terus berinovasi melalui program internal digital startup, Digital Amoeba. Program yang belum genap berusia satu tahun ini terus digodok kematangannya untuk sistem lebih baik.

Menurut CEO Digital Amoeba Fauzan Feisal, untuk memperteguh sistem inovasi Digital Amoeba, maka program ini ditantang untuk digelar dalam enam batch selama satu tahun. Dimana satu batch terdiri maksimum 15 tim.

Fauzan mengatakan, jika inovasi lain kental unsur bisnis, maka Digital Amoeba kental sisi human resources(HR) memiliki manfaat lain. Yakni, setidaknya akan terbentuk sumber daya manusia, pengelolaan insentif dan karir, serta perubahan budaya perusahaan.

"Jafi, sisi HR ini nantinya berdampak langsung ke bisnis Telkom," ujar Fauzan dalam siaran persnya akhir pekan lalu.

Karena, untuk bertahan dengan bagus di era digital yang sangat disruptif, Telkom membutuhkan inovasi signifikan. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga agar bisa mendorong inovasi digital di hampir seluruh sektor ekonomi Indonesia, mulai perusahaan besar hingga startup.

Dalam inovasi digital tersebut, kata dia, Telkom membangun tiga pilar wahana inovasi. Yakni open innovation(Telkom mencari dan memanfaatkan inovasi startup eksternal melalui Indigo), joint innovation center (Telkom berinovasi bersama dengan korporasi terdepan di bidangnya), dan inhouse innovation melalui program Digital Amoeba tersebut.

"Tim Amoeba itu normal inovasinya satu tahun ada dua batch. Tapi saya bilang tidak belajar. Kalau ingin buat sistem tangguh, kita perbanyak batch mulai sekarang," katanya.

Dengan penambahan batch, kata dia, dalam satu tahun maksimum 90 tim bergabung. Karenanya, mulai pekan depan, Digital Amoeba akan menggelar batch tambahan ini. Saat ini, yang sudah terdapat 60 binaan. Dari jumlah tersebut, tidak semuanya berhasil, hanya 38 tim yang masih bertahan sampai saat ini.

Mereka yang bertahan antara lain Usight, SmartEye, Kiwari, Emago, Geekpro, Ketitik, Open Trip, Helio, KitaIna, Pometera, Pasarkoe, dan seterusnya. Inovasi mereka diimplementasikan di sejumlah divisi dan unit perusahaan, bahkan selepas acara tersebut, akan diimplementasikan hingga ke Kalimantan.

Fauzan menjelaskan, inovasi para startup terseut berkisar pada new product and service serta inovasi operasi bisnis. Untuk new product service, para startup menghasilkan produk baru yang bisa dijual Telkom. Sedangkan inovasi operasi bisnis membuat aplikasi untuk meningkatkan kinerja para teknisi Telkom.

"Aplikasi ini dipasang di telepon seluler teknisi. Jika mereka bekerja bagus, akan ada poin seperti bintang. Poin ini bisa ditukar bonus," kata Fauzan.

Inovasi lainnya yang dikembangkan startup Digital Amoeba adalah pemantau perangkat. Selama ini, kata Fauzan, pegawai yang bertugas memantau perangkat harus manual memonitor sejumlah layar karena masing-masing perangkat berbeda vendor. Dengan alat yang dihasilkan startup Amoeba, monitor dapat dilakukan dalam satu layar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement