REPUBLIKA.CO.ID, Kawah Ijen tersusun dari batuan andesit dan basaltik. Kawah ini terletak di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Kawah Ijen merupakan satu-satunya gunung berapi aktif yang tersisa di kompleks Kaldera Ijen dan memiliki sejarah letusan yang panjang. Letusan itu terakhir terjadi pada 1999.
Akhir-akhir ini Kawah Ijen menjadi terkenal karena sungai lava biru dan belerang.Karakteristik stratovolcano, Kawah Ijen memiliki kaldera besar (dengan diameter 1000 m) berbentuk seperti danau.
Dilansirdari Science Trends, gas klorida yang terus-menerus dilepaskan dari gunung berapi telah bereaksi dengan danau kaldera. Hal itu mengakibatkan lokasi itu memiliki pH 0,4 dan menjadi danau dengan asam hidroklorida terbesar di dunia (dengan volume 36 juta meter kubik).
Fenomena Lava Biru
Lava biru sebenarnya adalah sungai dari gas sulfur tersulut yang mengalir di sisi gunung.Gas itu berasal dari retakan gunung berapi serta dilepaskan pada tekanan tinggi dengan suhu sampai 600 derajat celcius.
Itu menyebabkan nyala api biru yang terang. Sejumlah besar gas yang mengeras dan mengembun, tetap menyala dan menghasilkan formasi jelas dari aliran lahar biru (yang sebenarnya adalah sungai dari gas belerang yang berkompres kering).
Aliran pembakaran gas belerang ini konstan dan merupakan area terbesar dari pembakaran gas sulfat di dunia. Orang lokal menyebutnya sebagai Api Biru yang hanya terlihat di malam hari.
Fenomena api biru telah diamati di Gunung Dallol, Ethiopia, di sana sedimen yang kaya akan sulfur sering menyala. Selain itu, kebakaran hutan di Taman Nasional Yellowstone Amerika Serikat dimana kerak belerang di sekitar ventilasi hidrotermal pecah dan terbakar. Namun kejadian ini tidak biasa terjadi dan tidak menghasilkan arus lava biru yang megah seperti Kawah Ijen.
Operasi Penambangan Sulfur
Pelepasan gas sulfur yang terus berlanjut dari gunung berapi memungkinkan operasi penambangan berkembang. Pipa keramik telah dipasang di sisi gunung berapi yang menyalurkan gas sulfur dari ventilasi aktif di tepi danau kaldera.
Sulfur mengalir ke pipa, didinginkan dan dituang ke flat belerang yang besar. Sulfur mengembun dan membentuk area besar belerang kuning padat.
Belerang padat ditambang oleh 300 pekerja lokal. Mereka sering membawa belerang sekitar 70 kg turun dari gunung dengan dipikul per perjalanan.
Para pekerja ini tidak dilengkapi dengan peralatan pelindung seperti pemecah belerang dan masker. Ada penambang yang bekerja malam hari, namun suhu udara jauh lebih rendah.
Warna yang kontras
Kawah Ijen dengan lava biru dan tambang belerang adalah dua potret yang sangat kontras. Pemandangan ini sekilas tidak terikat normalitas kehidupan di bumi.
Kawasan disekitar Kawah Ijen juga mengungkapkan bagaimana anggota masyarakat termiskin harus bekerja siang dan malam dalam kondisi berbahaya. Penghasilan tersebut hanya bisa untuk pendidikan anak-anak mereka.