REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Keberadaan KRI Bima Suci, sebagai calon legenda baru penerus KRI Dewa Ruci, sudah dinanti-nanti. Setelah berlayar dari pabriknya di Vigo, Spanyol pada 18 September 2017 lalu, kapal layar latih jenis barque tersebut akhirnya memasuki Perairan Indonesia. Beruntung, Kota Padang menjadi kota pertama yang disinggahi KRI Bima Suci. Para prajurit TNI AL pun menggelar open ship dengan mengizinkan masyarakat umum menaiki KRI Bima Suci dan melihat-lihat area dek atas.
Usai prosesi Upacara Hari Pahlawan dan tabur bunga di Perairan Lepas Teluk Bayur, Republika.co.id mendapat kesempatan untuk menengok ruangan di dalam KRI Bima Suci dan melihat kemegahan di dalamnya. Bersama dengan dua kepala departemen KRI Bima Suci, Republika.co.id juga dijelaskan apa saja kecanggihan dan kelebihan KRI Bima Suci dibanding pendahulunya, Dewa Ruci yang sudah mengarungi samudra sejak 1953 lalu.
Memasuki pintu logam dari dek atas, kemegahan dari KRI Bima Suci mulai terlihat. Lorong-lorong yang menghubungkan satu ruang dengan ruang lainnya, satu kelas dengan ruang pertemuan, dilengkapi dengan lampu bercahaya kuning yang megah.
Kondisi di dalam KRI Bima Suci. Kapal layar yang akan difungsikan sebagai kapal latih ini akan meneruskan tugas KRI Dewa Ruci yang legendaris. Berbagai fitur canggih dimiliki kapal ini, termasuk desalinator dan sistem navigasi teranyar.
Ruang kelas taruna-taruni juga sudah dilengkapi dengan peralatan multimedia yang canggih. Lebih ke dalam lagi, menuju bagian belakang kapal, terdapat ruang pertemuan dengan desain klasik. Jajaran sofa menghadap televisi berlayar lebar dan meja makan panjang dengan pelitur coklat mengkilap.
Sebagai informasi, KRI Bima Suci sebetulnya didesain sebagai race-ship atau kapal balap. Seluruh fiturnya, termasuk layarnya, dirancang untuk bisa melaju kencang di lautan. Hal ini berbeda dengan sang pendahulu, KRI Dewa Ruci yang didesain sebagai cruise-ship atau kapal pesiar.
Kadep Mesin KRI Bima Suci, Mayor Laut Teknik Syaikhul Azhar, menyebutkan bahwa salah satu kecanggihan KRI Dewa Ruci adalah dua alat pendorong utama yakni mesin MAN 6L21/31 berlisensi Jerman. Dengan mesin tersebut, KRI Bima Suci mampu melaju di laut lepas dengan kecepatan 12 knot. Meski begitu, sesuai dengan spepsifikasinya sebagai kapal layar, maka layar merupakan penggerak utama. Dengan layar, KRI Bima Suci mampu melaju hingga 15 knot. Berdasarkan pengalaman layar yang relatif masih baru, hingga kini tercatat KRI Bima Suci mampu berlayar hingga 14 knot lebih dengan kecepatan angin mencapai 26 knot.
Kondisi di dalam KRI Bima Suci. Kapal layar yang akan difungsikan sebagai kapal latih ini akan meneruskan tugas KRI Dewa Ruci yang legendaris. Berbagai fitur canggih dimiliki kapal ini, termasuk desalinator dan sistem navigasi teranyar.
Kadep Senjata dan Bahari KRI Bima Suci, Sugeng Hariyanto menjelaskan, seluruh taruna dan taruni mau tak mau harus belajar bernavigasi dengan kapal layar. Kapal layar juga menjadi fasilitas ideal untuk belajar memahami stabilitas kapal di laut lepas. Sebanyak 26 layar menjadi penggerak utama KRI Bima Suci. Luas layarnya mencapai 3.351 meter pesergi. Banyaknya layar tentu dilengkapi dengan tali-tali yang menjadi pengikat dan penyangga layar. Bila disambungkan seluruh panjang tali di KRI Bima Suci mencapai 16,6 kilo meter (km).
"Namun perbedaan paling besar adalah, Bima Suci memuat taruna lebih banyak. Jumlah layar lebih banyak dan daya tahan kapal yang lebih banyak," ujar Sugeng, Jumat (10/11).
Canggihnya, KRI Bima Suci mampu menyimpan logistik untuk keperluan hingga 35 hari. Sedangkan untuk bahan bakar, kapal layar canggih ini mampu beroperasi hingga 15 hari. Namun jangan lupa, sejatinya KRI Bima Suci adalah kapal layar yang bergantung pada angin sebagai daya dorong. Sedangkan kecanggihan lainnya, KRI Bima Suci memiliki fasilitas pengolah air laut menjadi air tawar. Sebanyak 38 ton air tawar diproduksi oleh mesin pengolah air laut setiap harinya. Bahkan, air yang keluar dari seluruh keran di atas kapal bisa dikonsumsi langsung.